Senin, 16 Maret 2015

Pengeluaran Pemerintah




KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Swt. yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami sebagai penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Pengeluaran Pemerintah Indonesia”. Kemudian shalawat beserta salam kita haturkan kepada Nabi besar kita Muhammad Saw. yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-Qur’an dan Sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Perekonomian Indonesia  di program studi Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Selanjutnya kami sebagai penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Suhenda Wiranata, DR., M.E., selaku dosen pembimbing mata kuliah Perekonomian Indonesia  yang telah memberikan bimbingan serta arahan di mata kuliah ini.
Akhirnya kami sebagai penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.


Jakarta, 23 September 2014



                                                                                                                Kelompok 4








DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................................1
Daftar Isi.........................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang....................................................................................................3
B.     Rumusan Masalah...............................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengeluaran Pemerintah......................................................................................5
B.     Teori Pengeluaran Pemerintah
1.      Teori Pengeluaran Pemerintah Secara Mikro...............................................6
2.      Teori Pengeluaran Pemerintah Secara Makro
a.       Teori Keynes...........................................................................................7
b.      Teori Rostow dan Musgrave...................................................................8
c.       Teori Wagner..........................................................................................9
d.      Teori Peacoch dan Wisesman...............................................................11
C.     Prinsip-prinsip Pokok dalam Pengeluaran Pemerintah
1.      Asas Moralita..............................................................................................13
2.      Asas Nasionalita..........................................................................................13
3.      Asas Demokrasi (Pancasila).......................................................................13
4.      Asas Rasionalita..........................................................................................13
5.      Asas Fungsionalita (Teologi)......................................................................14
6.      Asas Perkembangan....................................................................................14
7.      Asas Keseimangan dan Keadilan................................................................14
D.    Klasifikasi Pengeluaran Pemerintah.................................................................14
E.     Faktor yang mempengaruhi besarnya Pengeluaran Pemerintah dalam satu periode
1.      Proyeksi Jumlah Pajak diterima..................................................................16
2.      Tujuan Ekonomi yang ingin dicapai...........................................................16
3.      Pertimbangan Politik dan Keamanan..........................................................17
F.      Macam-macam Pengeluaran Pemerintah
1.      Pemerintah Pusat.........................................................................................17
2.      Pemerintah Propinsi....................................................................................17
3.      Pemerintah Kabupaten/kota........................................................................18
G.    Wujud Pengeluaran Pemerintah di Indonesia
1.      Pengeluaran Pemerintah dibidang Pendidikan............................................19
2.      Pengeluaran Pemerintah dibidang Kesehatan.............................................20
H.    Pengeluaran Pemerintah dan Pengaruhnya Terhadap Perekonomian
1. Sektor Produksi.............................................................................................21
2. Sektor Distribusi...........................................................................................21
3. Sektor Konsumsi Masyarakat.......................................................................22
4. Sektor Keseimbangan Perekonomian...........................................................22
I. Data Pengeluaran Pemerintah Tahun 2010-2013...............................................23
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan.......................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................26



BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Setiap anggota masyarakat menginginkan kemakmuran material dan spiritual dalam arti dapat terpenuhi keinginan atau kebutuhannya yang selalu berkembang, maka bagi masyarakat sebagai keseluruhan menghendaki keamanan (termasuk kestabilan), keadilan dan kemakmura, disini pemerintah dalam kegiatannya ditujukan untuk mencapai tujuan tersebut agar keinginan masyarakatnya terpenuhi. Dalam pelaksanaannya digunakan barang-barang dan jasa dengan berbagai bentuk termasuk berupa uang. Penggunaann uang untuk melaksanakan fungsi pemerintah inilah yang dimaksudkan dengan pengeluaran pemerintah. Pengeluaran pemerintah dapat juga diartikan sebagai penggunaan uang dan sumberdaya suatu negara untuk membiayai suatau kegiatan negara atau pemerintah dalam rangka mewujudkan fungsinya dalam melakukan kesejahteraan.

Pengeluaran pemerintah merupakan salah satu unsur permintaan agregat. Konsep perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran menyatakan bahwa

Y = C + I + G + X-M.

Formula ini dikenal sebagai identitas pendapatan nasional, sekaligus mencerminkan penawaran agregat. Sedangkan variable-variabel di ruas kanan disebut permintaan agregat. Variable G menyatakan pengeluaran pemerintah (Government expenditures), I investment, X-M adalah net ekspor. Dengan membandingkan nilai G terhadap Y serta mengamatinya dari waktu ke waktu dapat diketahui seberapa besar kontribusi pengeluaran pemerintah dalam pembentukan permintaan agregat atau pendapatan nasional. Dengan ini, dapat dianalisis seberapa penting peranan pemerintah dalam perekonomian nasional.

Pemerintah tentu saja tidak hanya melakukan pengeluaran, tetapi juga memperoleh penerimaan. Penerimaan dan pengeluaran pemerintah dimasukkan dalam suatu konsep terpadu mengenai pendapatan dan belanja negara. Kebijaksanaan-kebijaksanaan yang berkenaan dengan penerimaan dan pengeluaran pemerintah (pendapatan dan belanja negara) disebut kebijksanaan fiskal.


Pengeluaran pemerintah biasanya direncanakan jauh lebih dulu. Jadi pemerintah membuat daftar anggaran yang akan dikeluarkan setiap tahunya, yang di Indonesia dijabarkan dalam Anggaram Perencanaan Belanja Negara (APBN).

Pengeluaran pemerintah sendiri dibedakan menjadi dua, yaitu pengeluaran negara dan pengeluaran daerah, yang masing-masing mempunyai struktur pengeluaran tersendiri dan berbeda. Dalam makalah ini nantinya akan dijelaskan tentang pengeluaran pemerintah, baik pengeluaran negara maupun daerah.

B.  Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian Pengeluaran Pemerintah?
2.      Apa saja Teori yang membangun tentang Pengeluaran Pemerintah?
3.      Apa saja prinsip-prinsip pokok dalam pngeluaran pemerintah?
4.      Bagaimana klasifikasi pengaturan pemerintah?
5.      Apa saja faktor yang mempengaruhi besarnya pengeluaran pemerintah?
6.      Apa saja macam-macam pengeluaran pemerintah?
7.      Apa saja wujud pengeluaran pemerintah di Indonesia?
8.      Apa saja pengaruh pengeluaran pemereintah terhadap perekonomian?















BAB II
PEMBAHASAN


A. PENGELUARAN PEMERINTAH

Pengeluaran pemerintah merupakan alokasi anggaran yang disusun dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) setiap tahunnya ke berbagai sektor atau bidang dengan tujuan untuk mensejahterakan rakyat melalui bermacam – macam program. Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pengeluaran pemerintah Indonesia secara garis besar dikelompokkan ke dalam dua golongan sebagai berikut :[1]
1. Pengeluaran Rutin

               Pengeluaran rutin adalah pengeluaran yang secara rutin setiap tahunnya dilakukan oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan dan pemeliharaan roda pemerintahan, yang terdiri dari belanja pegawai yaitu untuk pembayaran gaji pegawai termasuk gaji pokok dan tunjangan, belanja barang, yaitu untuk pembelian barang - barang yang digunakan untuk penyelenggaraan pemerintah sehari – hari, subsidi, pembayaran angsuran dan bunga utang negara, belanja pemeliharaan yaitu pengeluaran untuk memelihara agar milik atau kekayaan pemerintah tetap terpelihara secara baik dan belanja perjalanan yaitu untuk perjalanan kepentingan penyelenggaraan pemerintahan.

2. Pengeluaran Pembangunan

Pengeluaran pembangunan merupakan pengeluaran yang dilakukan pemerintah untuk pembangunan fisik dan non fisik dalam rangka menambah modal mayarakat. Contoh pembangunan fisik adalah pembangunan jalan,



jembatan, sekolah dan ruman sakit. Sedangkan pembangunan non fisik seperti pelaksanaan program pengentasan kemiskinan.
           Pengeluaran pemerintah adalah hal yang sangat penting karena menyangkut output yang dihasilkan untuk kepentingan hajat hidup orang banyak. Apabila pemerintah telah menetapkan suatu kebijakan untuk membeli barang dan jasa, pengeluaran pemerintah mencerminkan biaya yang harus dikeluarkan untuk melaksanakan kebijakan tersebut (Mangkosoebroto, 1993 : 169).
                Pengeluaran yang dilakukan pemerintah menujukkan perannya dalam perekonomian Dalam rangka mencapai kondisi masyarakat yang sejahtera. Menurut Dumairy (1999 : 56) Pemerintah memiliki 4 peran yaitu :
a.       Peran alokasi, yakni peranan pemerintah dalam mengalokasikan sumber daya ekonomi yang ada agar pemanfaatannya bisa optimal dan mendukung
       efisiensi produksi.

b.      Peran distributif, yakni peranan pemerintah dalam mendistribusikan sumber
       daya, kesempatan dan hasil – hasil ekonomi secara adil dan wajar.
c.       Peran stabilitatif, yakni peranan pemerintah dalam memelihara stabilitas
       perekonomian dan memulihkannya jika berada dalam keadaan equilibrium.
d.      Peran Dinamisatif, yakni peranan pemerintah dalam menggerakkan proses pembangunan ekonomi agar lebih cepat tumbuh, berkembang dan maju.[2]

B.     TEORI PENGELUARAN PEMERINTAH

1.    Pengeluaran pemerintah secara mikro

Teori mikro mengenai pengeluaran pemerintah menyangkut faktor – faktor

yang mempengaruhi timbulnya permintaan akan barang – barang publik dan faktor – faktor yang mempengaruhi tersedianya barang publik. Interaksi antara permintaan dan penawaran barang publik menentukan jumlah barang publik yang disediakan yang selanjutnya akan menimbulkan permintaan terhadap barang lain. Beberapa faktor yang mempengaruhi pengeluaran pemerintah yaitu:
a.      Perubahan permintaan akan barang publik.

b.    Perubahan dari aktivitas pemerintah dalam menghasilkan barang publik dan perubahan dari kombinasi faktor produksi yang digunakan.
c.      Perubahan kualitas barang publik.

d.     Perubahan harga faktor – faktor produksi.

2.    Pengeluaran pemerintah secara makro

A.    Teori Keynes
Persamaan keseimbangan pendapatan nasional menurut Keynes adalah Y= C+I+G. Dimana (Y) merupakan pendapatan nasional, (C) merupakan pengeluaran konsumsi dan (G) adalah Pengeluaran pemerintah. Dengan membandingkan nilai
(G) terhadap Y serta mengamati dari waktu ke waktu dapat diketahui seberapa besar kontribusi pengeluaran pemerintah dalam pembentukan pendapatan nasional. Menurut Keynes, untuk menghindari timbulnya stagnasi dalam perekonomian, pemerintah berupaya untuk meningkatkan jumlah pengeluaran pemerintah (G) dengan tingkat yang lebih tinggi dari pendapatan nasional,
sehingga dapat mengimbangi kecenderungan mengkonsumsi (C) dalam perekonomian.
Perpajakan dan pengeluaran pemerintah saling berkaitan dalam pengertian fiskal atau anggaran pendapatan dan belanja pemerintah secara keseluruhan. Pengeluaran total dalam perekonomian dikurangi efek pengganda dari peningkatan pajak dan pemotongan pajak merupakan kebijakan dimana pemerintah melaksanakananggaran surplus dalam menekan pengeluaran pemerintah. Jika tujuannya adalah untuk meningkatkan pengeluaran, maka pemerintah mengoperasikan anggaran defisit dengan mengurangi pajak dan meningkatkan pengeluaran pemerintah.
Suatu penurunan dalam pengeluaran pemerintah dan peningkatan dalam pajak dari aliran sirkulasi pendapatan nasional akan mengurangi permintaan agregat dan melalui proses pengganda (multiplier effect) akan memberikan penurunan tekanan inflasi ketika perekonomian mengalami peningkatan kegiatan yang berlebihan (over-heating). Sebaliknya adanya peningkatan dalam pengeluaran pemerintah dan penurunan dalam pajak, maka suatu suntikan

(injection) ke dalam aliran sirkulasi pendapatan nasional akan menaikkan permintaan agregat dan melalui efek pengganda akan menciptakan tambahan lapangan pekerjaan.
B.  Teori Rostow dan Musgrave
Teori ini dikemukakan oleh Rostow dan Musgrave yang didasarkan pada pandangan mereka melalui pengamatan terhadap pembangunan ekonomi di beberapa Negara.
Model ini menghubungkan tahap – tahap pembangunan ekonomi dengan pengeluaran pemerintah yang terdiri dari tahap awal, tahap menengah dan tahap lanjut. Pada tahap awal perkembangan ekonomi, persentase investasi pemerintah terhadap total investasi besar sebab pada tahap ini pemerintah harus menyediakan sarana dan prasarana seperti pendidikan, kesehatan, transportasi dan sebagainya.
Di tahap menengah peranan investasi pemerintah masih dibutuhkan namun investasi swasta semakin besar. Peran swasta yang semakin besar ini menyebabkan kegagalan pasar juga semakin besar yang pada akhirnya membuat pemerintah harus menyediakan barang dan jasa publik lebih banyak dan lebi baik. Pada tahap lanjut, aktivitas pemerintah beralih dari penyediaan prasarana ke aktivitas – aktivitas sosial seperti program kesejahteraan hari tua, pelayanan kesehatan masyarakat dan sebagainya.[3]
C.  Teori Wagner
Teori ini menekankan pada perkembangan persentase pengeluaran pemerintah yang semakin besar terhadap GNP. Menurutnya apabila dalam suatu perekonomian pendapatan perkapita meningkat, secara relatif pengeluaran pemerintah akan ikut meningkat, terutama karena pemerintah harus mengatur hubungan yang timbul dalam masyarakat, hukum, pendidikan dan sebagainya.
Hukum Wagner dapat diformulasikan sebagai berikut:

< .. <
Keterangan:
PkPP
=
Pengeluaran pemerintah per kapita
PPk
=
Pendapatan nasional per kapita
1,2,..,n
=
Indeks waktu (tahun)



Teori Wagner bertitik tolak pada suatu teori yang disebut organictheory of state. Teori tersebut menganggap pemerintah sebagai individu yang bebas bertindak. Menurut Wagner ada lima hal yang menyebabkan pengeluaran pemerintah selalu meningkat yaitu :

a.  Tuntutan peningkatan perlindungan keamanan dan pertahanan;

b.  Kenaikan tingkat pendapatan masyarakat;

c.  Urbanisasi yang mengiringi pertumbuhan ekonomi;

d.  Perkembangan demografi;

e.       Ketidakefisienan birokrasi yang mengiringi perkembangan pemerintah. Pertumbuhan ekonomi akan menyebabkan hubungan antara industri-
industri dan hubungan antara industri dengan masyarakat akan semakin rumit dan komplekssehingga potensi terjadinya kegagalan eksternalitas negatif menjadi semakin besar.

Hukum Wagner ini ditunjukkan oleh digram berikut ini dimana kenaikan pengeluaran pemerintah mempunyai bentuk eksponensial yang ditunjukkan oleh kurva 1 dan bukan seperti ditunjukkan kurva 2.




Z = kurva perkembangan pengeluaran pemerintah








0
1
2
3
4
5
Waktu
Sumber : Mangkusoebroto





Gambar 1.1
Kurva Teori Wagner

D. Teori Peacock dan Wiseman

Teori ini memandang bahwa pemerintah selalu berusaha untuk memperbesar pengeluaran sedangkan masyarakat tidak suka membayar pajak yang semakin besar untuk membiayai pengeluaran pemerintah yang semakin besar, sehingga teori Peacock dan Wiseman merupakan dasar dari pemungutan suara. Mereka percaya bahwa masyarakat mempunyai tingkat toleransi pajak, yaitu suatu tingkat dimana masyarakat dapat memahami besarnya pungutan pajak yang dibutuhkan pemerintah untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Jadi masyarakat menyadari bahwa pemerintah membutuhkan dana untuk membiayai aktivitas pemerintah sehingga mereka memiliki kesediaan untuk membayar pajak. Tingkat toleransi pajak ini merupakan kendala bagi pemerintah untuk menaikkan pemungutan pajak secara semena-mena.[4]
Menurut mereka perkembangan ekonomi menyebabkan pemungutan pajak yang semakin meningkat walaupun tarif pajak tidak berubah, dan meningkatnya penerimaan pajak menyebabkan pengeluaran pemerintah juga semakin meningkat. Oleh karena itu dalam keadaan normal, meningkatnya GNP menyebabkan penerimaan pemerintah yang menjadi semakin besar. Apabila keadaan normal tersebut terganggu, misalnya karena ada perang, maka pemerintah harus memperbesar pengeluarannya untuk membiayai perang. Karena itu penerimaan pemerintah dari pajak juga harus meningkat, dan pemerintah meningkatkan penerimaannya dengan cara menaikkan tarif pajak sehingga dana swasta untuk investasi dan konsumsi menjadi berkurang. Keadaan ini disebut efek pengalihan

(displacement effect), yaitu adanya suatu gangguan sosial menyebabkan aktivitas swasta dialihkan pada aktivitas pemerintah. Selain itu banyak aktivitas pemerintah yang baru kelihatan setelah terjadinya perang, yang disebut efek inspeksi

(inspection effect). Adanya gangguan sosial juga akan menyebabkan terjadinya konsentrasi kegiatan ke tangan pemerintah, yang disebut efek konsentrasi (concentration effect).
Adanya ketiga efek diatas menyebabkan bertambahnya aktivitas pemerintah setelah perang sehingga tingkat pajak tidak turun kembali. Ini digambarkan dalam kurva berikut:
Pengeluaran Pemerintah/GDP
D
























Sumber : Mangkusoebroto

Gambar 1.2
Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Menurut Peacock Dan Wiseman


Pada grafik diatas terlihat bahwa dalam keadaan normal dari tahun t ke t+1, pengeluaran pemerintah terhadap GDP naik sebagaimana ditunjukkan oleh garis AG. Apabila pada tahun terjadi perang maka pengeluaran pemerintah naik sebesar AC dan kemudian naik seperti ditunjukkan pada segmen CD. Setelah perang selesai (t+1) pengeluran pemerintah tidak turun lagi ke G yaitu perkembangan pengeluaran pemerintah apabila tidak terjadi perang. Hal ini akibat pemerintah memerlukan dana tambahan untuk mengembalikan pinjaman yang digunakan dalam pembiayaan perang sehingga tarif pajak dinaikkan.

C.  PRINSIP-PRINSIP POKOK DALAM PENGELUARAN PEMERINTAH
Prinsip-prinsip pokok dalam pengeluaran pemerintah :
1.       Asas Moralita
     Asas Moralita menyangkut nahwa pengeluaran negara haruslah berprinsip pada nilai-nilai moral kemasyarakatan. Apa yang disusun (direncanakan) dan mekanisme yang dijalankan haruslah berdasarkan nilai-nilai moralitas masyarakat.
2.       Asas Nasionalita 
          Asas Nasionalita terkait bahwa nilai nasionalisme (kebangsaan) menjadi ruh yang terus menjiwai setiap aktivitas (proses) penyusunan anggaran tersebut, termasuk apa yang menjadi tujuan dari setiap pengeluaran yang direncanakan tersebut adalah demi terciptanya kesejahteraan bangsa Indonesia.
3.       Asas Demokrasi (Pancasila)
                Bahwa kesejahteraan rakyat Indonesia harus menjadi prioritas
    pemerintah dalam menyelenggarakan pemerintahan, hal ini harus dilakukan
  melalui mekanisme dan nilai-nilai demokrasi.
4.      Asas Rasionalita
         Apa yang terjadi di apangan (kehidupan masyarakat sesungguhnya) dan      
      juga apa yang menjadi keterburukan masyarakat harus menjadi landasan atau
      acuan untuk memutuskan apa yang akan diambil sebagai pilihan. Hal ini pun
      bertujuan agar pengeluaran benar-benar bisa efektif dan efisien (produktif).
5.       Asas fungsionalita (teologi) 
          Asas kemanfaatan harus menjadi pertimbangan utama dalam menyusun
    anggaran pengeluaran. Dana tersebut akan bisa menghasilkan apa dan dapat
    digunakan untuk apa, selain itu aspek teologis bagi bangsa kita yang
    merupakan bangsa yang beragama tentu menjadi aspek penting yang juga tidak
    boleh kita lepaskan begitu saja. Sisi spiritualitas penting untuk menjadi
    nilai/ukuran kemanfaatan sesuatu hal.
6.  Asas perkembangan 
            Pembangunan nasional tentu menjadi unsur yang penting, yang memang
     tentu saja mejadi tujuan dari banyak negara untuk terus meningkatakan
    pertumbuahan ekonominya.
7.  Asas keseimbangan dan keadilan 
              Dalam menyusun suatu anggaran pengeluaran tentu faktor keadilan pada
   semua pihak dan juga masalah keseimbangan (keproporsionalan) menjadi titik
   tekan  terrcapainya suatu kesejahteraan yang merata untuk seluruh rakyat.

D.  KLASIFIKASI PENGELUARAN PEMERINTAH
Menurut Suparmoko (1994 : 78) Pengeluaran pemerintah dapat dinilai dari berbagai segi sebagai berikut:[5]
a.       Pengeluaran pemerintah merupakan investasi untuk menambah kekuatan  dan ketahanan ekonomi di masa yang akan datang.
b.      Pengeluaran pemeritah langsung memberikan kesejahteraan bagi masyarakat.
c.       Pengeluaran pemerintah merupakan pengeluaran yang akan datang.

d.      Pengeluaran pemerintah merupakan sarana penyedia kesempatan kerja yang lebih banyak dan penyebaran daya beli yang lebih luas. .
  Maka pengeluaran pemerintah dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1.    Pengeluaran yang self liquiditing sebagian atau seluruhnya, artinya pengeluaran pemerintah mendapatkan pembayaran kembali dari masyarakat yang menerima jasa atau barang yang bersangkutan. Contohnya pengeluaran untuk jasa negara, pengeluaran untuk jasa-jasa perusahaan pemerintah atau untuk proyek–proyek produktif barang ekspor.

2.    Pengeluaran yang reproduktif, artinya mewujudkan keuntungan keuntungan ekonomis bagi masyarakat, dimana dengan naiknya tingkat penghasilan dan sasaran pajak yang lain pada akhirnya akan menaikan penerimaan pemerintah. Misalnya, pemerintah menetapkan pajak progresif sehingga timbul redistribusi pendapatan untuk pembiayaan pelayanan kesehatan masyarakat.

3.    Pengeluaran yang tidak self liquiditing maupun yang tidak produktif, yaitu pengeluaran yang langsung menambah kegembiraan dan kesejahteraan masyarakat. Misalnya untuk bidang rekreasi, objek-objek pariwisata dan sebagainya. Sehingga hal ini dapat juga menaikkan penghasilan dalam kaitannya jasa-jasa tadi.
4.    Pengeluaran yang secara langsung tidak produktif dan merupakan pemborosan. Misalnya untuk pembiayaan pertahanan atau perang meskipun pada saat pengeluaran terjadi penghasilan yang menerimanya akan naik.
5.    Pengeluaran yang merupakan penghematan di masa yang akan datang. Misalnya pengeluaran untuk anak-anak yatim piatu. Jika hal ini tidak dijalankan sekarang, kebutuhan-kebutuhan pemeliharaan bagi mereka di masa yang akan datang pasti akan lebih besar.

Pengeluaran pemerintah juga dapat dibedakan sebagai berikut :

1.    Pembedaan antara Pengeluaran atau Belanja Rutin dan Pengeluaran atau Belanja Pembangunan.
2.    Pembedaan antara Current Account atau Current Expenditure dengan Capital Expenditure atau Capital Account.
3.    Pembedaan Obligatory Expenditure dengan Optional Expenditure, antara Real Expenditure dengan Transfer Expenditure dan antara Liquidated Expenditure dengan Cash Expenditure.

E.  FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BESARNYA PENGELUARAN PEMERINTAH DALAM SATU PERIODE
1.      Proyeksi jumlah pajak yang diterima

Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara. Ada kecenderungan semakin banyak pajak yang diterima maka semakin besar pengeluaran yang dilakukan.
2.    Tujuan ekonomi yang ingin dicapai pemerintah

Tujuan – tujuan utama yang ingin dicapai pemerintah yaitu mengurangi pengangguran, menurunkan tingkat inflasi dan mempercepat pembangunan ekonomi dalam jangka panjang. Maka diperlukan dana yang besar yang salah satunya bersumber dari pajak. Dalam rangka mempercepat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi pengagguran perlu diadakan perbaikan jalan dan sarana lainnya guna meningkatkan minat investasi swata, Sering kali penerimaan yang berasal dari pajak tidak mencukupi maka terkadang keputusan untuk mencetak uang baru merupakan jalan yang diambil pemerintah.

3.    Pertimbangan politik dan keamanan

Stabilitas politik sering kali berpengaruh terhadap stabilitas perekonomian. Seperti perang yang melanda suatu Negara. Hal ini tentu berdampak pada besarnya alokasi dana yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk membiayai perang, yang pada akhirnya juga mengganggu iklim investasi di Negara yang bersangkutan karena alasan keamanan.

F.   MACAM-MACAM PENGELUARAN PEMERINTAH
1. Pemerintah Pusat 
          Dalam pemerintah pusat, terdapat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yaitu dana yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam APBN, pengeluaran Pemerintah Pusat dibedakan menjadi 2 yang meliputi pengeluaran untuk belanja dan pengeluaran untuk pembiayaan. Pengeluaran untuk belanja antara lain digunakan untuk belanja pemerintah pusat seperti, belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, pembayaran bunga utang, subsidi, belanja hibah, bantuan sosial, dll. Juga untuk dialokasikan ke daerah untuk dana perimbangan serta dana otonomi khusus dan penyesuaian. Sedangkan pengeluaran untuk pembiayaan meliputi pengeluaran untuk obligasi pemerintah, pembayaran pokok pinjaman luar negeri, dll.

2. Pemerintah Propinsi 
Jika pada pemerintah pusat terdapat APBN, maka di pemerintah propinsi terdapat APBD yang merupakan hasil dari dana alokasi APBN dari pemerintah pusat dan hasil dari pungutan pajak dari masyarakat. Dana APBN digunakan untuk pengeluaran untuk belanja meliputi belanja operasi dan belanja modal. Belanja operasi berupa belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja pemeliharaan, belanja perjalanan dinas, belanja pinjaman, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, dan belanja operasi lainnya. Sedangkan belanja modal seperti belanja aset tetap, belanja aset lain-lain, dan belanja tak terduga.

3. Pemerintah Kabupaten/Kota

          APBD dalam Kabupaten/Kota digunakan antara lain untuk pengeluaran untuk belanja, bagi hasil pendapatan ke Desa/Kelurahan, Bagi hasil pendapatan ke desa/kelurahan, terdiri dari bagi hasil pajak ke Desa/Kelurahan, bagi hasil retribusi ke Desa/Kelurahan, bagi hasil pendapatan lainnya ke Desa/Kelurahan, pengeluaran untuk Pembiayaan, terdiri dari, pembayaran Pokok Pinjaman, penyertaan modal pemerintah, pemberian pinjaman kepada BUMD/BUMN/Pemerintah Pusat/Kepala Daerah otonom lainnya.


Sedangkan menurut sifatnya, pengeluaran negara dibedakan menjadi 5, antara lain :[6]

a.       Pengeluaran Investasi

Pengeluaran investasi adalah pengeluaran   yang ditujukan untuk menambah kekuatan  dan  ketahanan  ekonomi  di  masa  datang.  Misalnya,  pengeluaran  untuk pembangunan jalan tol, pelabuhan, bandara, satelit, peningkatan kapasitas SDM, dll.

b.      Pengeluaran Penciptaan  Lapangan Kerja

Pengeluaran  untuk  menciptakan  lapangan  kerja,  serta  memicu  peningkatan kegiatan perekonomian masyarakat.

c.       Pengeluaran Kesejahteraan  Rakyat

Pengeluaran  Kesejahteraan  Rakyat  adalah  pengeluaran   yang  mempunyai pengaruh langsung terhadap kesejahteraan masyarakat, atau pengeluaran yang dan membuat masyarakat menjadi bergembira. Misalnya pengeluaran untuk pembangunan tempat rekreasi, subsidi, bantuan langsung tunai, bantuan korban bencana, dll.


d.      Pengeluaran Penghematan Masa  Depan

Pengeluaran  penghematan  masa  depan  adalah  pendapatan  yang  tidak

memberikan manfaat langsung bagi negara, namun bila dikeluarkan saat ini akan mengurangi     pengeluaran  pemerintah   yang  lebih  besar  di  masa  yang  akan datang.Pengeluaran untuk kesehatan dan pendidikan masyarakat, pengeluaran untuk anak-anak yatim, dll.

e.       Pengeluaran Yang Tidak  Produktif

Pengeluaran yang tidak produktif adalah pengeluaran yang tidak memberikan manfaat secara langsung kepada masyarakat, namun diperlukan oleh pemerintah. Misalnya pengeluaran untuk biaya perang.
G. WUJUD PENGELUARAN PEMERINTAH DI INDONESIA
1.      Pengeluaran Pemerintah Pada Bidang Pendididkan

           Sumber daya manusia bagi suatu bangsa merupakan salah satu faktor yang menentukan pembangunan ekonomi dan sosial bangsa tersebut. Untuk itu pendidikan formal merupakan kebutuhan mutlak bagi masyarakat yang wajib disediakan oleh Negara. Tidak hanya untuk memperoleh pemgetahuan, norma – norma, nilai luhur dan cita – cita pun bisa sekaligus tertanam.
Saat ini pemerintah meyediakan anggaran minimal 20 persen dari APBN untuk bidang pendidikan. Kebijakan ini tercantum dalam UU No 20 tahun 2003 yang menyebutkan bahwa dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20 persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada sektor pendidikan dan minimal 20 persen dari APBD. Hal ini tak lain bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam rangka menghadapi perkembangan zaman. Sebab kemajuan suatu bangsa dapat diukur dari tingkat pendidikan masyarakatnya.
Achsanah (dalam Maryani, 2010 : 6) menyebutkan bahwa peran dominan pemerintah dalam pasar pendidikan tidak hanya mencerminkan masalah kepentingan pemerintah tetapi juga aspek ekonomi khusus yang dimiliki oleh sektor pendidikan karena karakteristik yang ada pada sektor pendidikan yaitu sebagai berikut:
1.    Pengeluaran pendidikan sebagai investasi

2.    Eksternalitas

3.    Pengeluaran bidang pendidikan dan implikasinya terhadap kebijakan publik
4.    Rate of return pendidikan

              Tersedianya  sumber  teknologi  yang  efisien  harus  disertai  dengan

tersedianya sumber daya manusia yang dapat memanfaatkan teknologi tersebut. Yang pada akhirnya menunjukkan bahwa pendidikan merupakan investasi dalam meningkatkan produktivitas manusia. Pembangunan sarana dan prasarana pendidikan yang baik dalah wujud nyata peran serta pemerintah dalam meningkatkan mutu dan produktivitas masyarakatnya.
2.      Pengeluaran Pemerintah Pada Bidang Kesehatan
            Kesehatan adalah kebutuhan mendasar bagi manusia. Manusia tidak akan dapat beraktivitas dengan baik jika mengalami gangguan kesehatan. Pelayanan kesehatan merupakan salah satu pelayanan publik yang disediakan oleh pemerintah. Tidak hanya bagi usia dewasa namun juga anak – anak. Sebagai Negara berkembang yang sangat rentan akan masalah kesehatan, sarana kesehatan dan jaminan kesehatan harus dirancang sedemikian rupa oleh pemerintah.
              Jika dibandingkan dengan dengan masa sebelum orde baru, maka sejak orde baru hingga saat saat ini, perkembangan dalam bidang kesehatan di Indonesia sudah mengalami banyak kemajuan. Hal ini diukur dari indikator kesehatan antara lain tingkat kematian bayi, kecukupan gizi anak – anak dan remaja, kondisi sanitasi umum, jumlah dokter dan juru rawat, serta jumlah rumah sakit dan puskesmas, sudah mengalami perkembangan cukup pesat.
3.       
Undang – undang di Indonesia yang mengatur mengenai anggaran kesehatan adalah UU No 36 tahun 2009 yang menyebutkan bahwa besar anggaran kesehatan pemerintah pusat dialokasikan minimal 5 persen dari APBN di luar gaji, sementara besar anggaran kesehatan pemerintah daerah provinsi dan Kabupaten/Kota dialokasikan minimal 10 persen dari APBD di luar gaji.

H. PENGELUARAN NEGARA DAN PENGARUHNYA TERHADAP
      PEREKONOMIAN

Dalam  pengeluaran  negara,  dapat  menimbulkan  dampak  atau  pengaruh

terhadap perekonomian. Ada beberapa sektor perekonomian yang umumnya terpengaruh oleh besar atau kecilnya pengeluaran negara, antara lain :[7]

a.      Sektor Produksi

Pengeluaran negara secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap sektor produksi barang dan jasa. Dilihat secara agregat pengeluaran negara merupakan faktor produksi (money), melengkapi faktor-faktor produksi yang lain (man, machine, material, method, management).

Pengeluaran pemerintah untuk pengadaan barang dan jasa akan berpengaruh secara langsung terhadap produksi barang dan jasa yang dibutuhkan pemerintah.. Pengeluaran pemerintah untuk sektor pendidikan akan berpengaruh secara tidak langsung terhadap perekonomian, karena pendidikan akan menghasilkan SDM yang lebih berkualitas. Dengan SDM yang berkualitas produksi akan meningkat.
b.      Sektor Distribusi
Pengeluaran negara secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap sektor distribusi barang dan jasa. Misalnya, subsidi yang diberikan oleh masyarakat menyebabkan masyarakat yang kurang mampu dapat menikmati barang/jasa yang dibutuhkan, misalnya subsidi listrik, pupuk, BBM, dll.

Pengeluaran pemerintah untuk biaya pendidikan SD-SLTA membuat masyarakat kurang mampu dapat menikmati pendidikan yang lebih baik (paling tidak sampai tingkat SLTA). Dengan pendidikan yang lebih baik, diharapkan masyarakat tersebut dapat meningkatkan taraf hidupnya di masa yang akan datang. Apabila pemerintah tidak mengeluarkan dana untuk keperluan tersebut, maka distribusi pendapatan, barang, dan jasa akan berbeda. Hanya masyarakat mampu saja yang akan menikmati tingkat kehidupan yang lebih baik, sementara masyarakat kurang mampu tidak memperoleh kesempatan untuk meningkatkan taraf hidupnya.
c.       Sektor Konsumsi Masyarakat
sektor konsumsi masyarakat atas barang dan jasa. Dengan adanya pengeluaran pemerintah untuk subsidi, tidak hanya menyebabkan masyarakat yang kurang mampu dapat menikmati suatu barang/jasa, namun juga menyebabkan masyarakat yang sudah mampu akan mengkonsumsi produk/jasa lebih banyak lagi.

Kebijakan pengurangan subsidi, misalnya BBM, akan menyebabkan harga BBM naik, dan kenaikan harga BBM akan menyebabkan konsumsi masyarakat terhadap BBM turun.
d.      Sektor Keseimbangan Perekonomian
          Untuk mencapai target-target peningkatan PDB, pemerintah dapat mengatur alokasi dan tingkat pengeluaran negara. Misalnya dengan mengatur tingkat pengeluaran negara yang tinggi (untuk sektor-sektor tertentu), pemerintah dapat mengatur tingkat employment (menuju full employment). Apabila target penerimaan tidak memadai untuk membiayai pengeluaran tersebut, pemerintah dapat membiayainya dengan pola defisit anggaran.





















I.     Realisasi Pengeluaran Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia Menurut Jenis Pengeluaran, 2010-2013 (Ribuan Rupiah)


Jenis Pengeluaran
2010
2011
2012
2013*)

A.
BELANJA TIDAK LANGSUNG
53152485827

66590354071
101468624588

111930423182












1
Belanja Pegawai
20692837531

24825623272
27208539791

31076089278


2
Belanja Bunga
9167475

14724999
25975172

88881412


3
Belanja Subsidi
64605959

39552236
26641086

42913300


4
Belanja Hibah
4428118542

7368705579
33608704717

36811925108


5
Belanja Bantuan Sosial
3627404487

4007604216
1402416897

3110492495


6
Belanja Bagi Hasil
13627990091

17300751767
20956233374

20441086385


7
Belanja Bantuan Keuangan
10552027515

12842293763
18004216615

19233934669


8
Pengeluaran Tidak Terduga
150334227

191098239
235896936

1125100535












B.
BELANJA LANGSUNG
59000922032

65627357161
77977219171

101938501671












1
Belanja Pegawai
6669635011

5637664281
6637103062

7939885373


2
Belanja Barang dan Jasa
26992274147

33656718936
41370226739

50944362372


3
Belanja Modal
25339012874

26332973944
29969889370

43054253926












C.
PEMBIAYAAN DAERAH
21319618627

28286729646
33007127158

6468950039













JUMLAH
133473026486

160504440878
212452970917

220337874892


*)
Data APBD








BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
     Secara umum, Indonesia termasuk negara berkembang, terutama jika dilihat dari sudut pandang kemampuan ekonomi masyarakat. Sebagai parameter, pendapatan perkapita Indonesia (USD 1.604) masih berada di bawah rata-rata negara-negara ASEAN (USD 1.890) pada tahun 2007. Namun ini bukan berarti secara mutlak bahwa Indonesia, dari sudut pandang teori pengeluaran, dipastikan
berada pada tahap perkembangan ekonomi.
Teori pengeluaran negara Musgrave dan Rostow lebih menekankan pada proporsi belanja suatu negara dalam memandang perkembangan ekonomi. Tahap perkembangan ekonomi lebih dinilai dari pertanyaan apa saja sektor yang dijadikan prioritas oleh pemerintah dalam menetapkan kebijakan belanja pemerintah. Dari situ akan terlihat perbedaan arah pembangunan sebuah negara. Negara pada tahap awal perkembangan, karena masih minim infrastruktur, tentu akan lebih menekankan anggaran negara untuk investasi modal yang lebih bersifat starting development, seperti pembangunan gedung perkantoran daerah, gedung pendidikan, pasar, jalan umum, maupun gedung pelayanan kesehatan.      
            Dalam hal ini, masyarakat masih bergantung pada peran sentral pemerintah  
  dalam lalu lintas pemenuhan kebutuhan dan peran swasta masih belum begitu
 dirasakan. Hal ini bisa berarti sektor swasta masih memulai investasi atau sudah
 relatif lama berdiri namun belum berkembang sehingga belum dominan dalam
 sistem perekonomian.
               Pada tahap lanjut ekonomi, dijelaskan oleh Musgrave dan Rostow bahwa
   pengeluaran negara lebih bersifat meningkatkan mutu layanan dan kesejahteraan
   masyarakat. Misalnya, pemanfaatan teknologi mutakhir dalam pelayanan
   kesehatan. Bisa juga dengan meningkatkan standar pendidikan menuju ruang
   lingkup yang lebih luas, seperti Sekolah Bertaraf Internasional. Muncul juga
   kebutuhan baru akan adanya program perawatan lingkungan maupun penyediaan
   sarana rekreasi masyarakat. Yang jelas, pemerintah tidak lagi memfokuskan
   anggaran untuk pembangunan gedung dan pengadaan prasarana. Adapun
    kebijakan yang menyinggung fasilitas pemerintah lebih bersifat memperbaharui
   dan memelihara.
           Indonesia memiliki wilayah negara yang amat luas. Tidak mudah
    mengklasifikasikan Indonesia termasuk negara dalam tahap awal perkembangan
    ekonomi, tahap menengah, atau tahap lanjut pembangunan ekonomi. Ini
    disebabkan adanya perbedaan kemajuan pembangunan yang cukup signifikan di
    masing-masing wilayah. Ini juga menyangkut tingkat kemajuan pendidikan dan
    kesejahteraan masyarakat. Tidak adil jika Pulau Jawa dijadikan standar
    kemajuan negara dengan alasan disitu berdiri Ibukota Negara Indonesia atau
    terpadat penduduknya. Tapi terlalu naif juga jika kemajuan Indonesia diukur dari
    perkembangan Pulau Papua. Jika kita jadikan kebijakan pemerintah di Pulau
    Jawa sebagai acuan, maka Indonesia bisa dikategorikan sebagai negara pada
    tahap lanjut pembangunan ekonomi. Namun sebaliknya yang akan terjadi jika
    kita menggunakan pulau-pulau yang berada di ujung nusantara, seperti pulau
   Papua, Maluku, atau Nusa Tenggara sebaga tolak ukur. Pada wilayah tersebut,
   pembangunan masih sangat minim sehingga bisa dikategorikan bahwa negara
   masih berada pada tahap awal perkembangan ekonomi.
   Namun sebagai standar, perkembangan ekonomi sebuah negara lebih tepat jika
   dinilai dari kebijakan pemerintah pusat yang merupakan kebijakan umum suatu
    negara. Di Indonesia, pengeluaran negara secara konstitusional tercermin dalam
    APBN dan APBD.



DAFTAR PUSTAKA

Aliasuddin, Taufiq C. Dawood.Pertumbuhan Ekonomi dan Pengeluaran Pemerintah
.Fakultas Ekonomi, Universitas Syiah Kuala Darussalam-Banda Aceh.

Dumairy, 1997.Perekonomian Indonesia.Jakarta : Penerbit Erlangga.
Mangkoesoebroto, Guritno. 1993. Ekonomi Publik. Yogyakarta: BPFE.
 www.Kemenkeu.go.id


[1] Mangkoesoebroto,Gurito.Ekonomi Publik.(Jakarta:1993).hlm 45
[2] Ibid.hlm 51
[3] Dumairy.Perekonomian Indonesia.(Jakarta:Erlangga,1997).hlm 66
[4] Ibid.hlm 68
[5] Ibid.hlm 72
[6] Ibid.hlm 80
[7] Ibid.hlm 92

3 komentar:

irwani mengatakan...

kenapa reverensi Suparmoko (1994 ) tidak di cantumkan

AMISHA mengatakan...

Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.

Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.

Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.

Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.

Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut

olvarackow mengatakan...

The Orleans Casino & Hotel - Mapyro
Discover the Orleans 경상남도 출장샵 Casino & Hotel, Louisiana location with 1xbet korean detailed customer reviews, videos, photos and more. 속초 출장안마 Save big 안산 출장샵 with other Bookies 김해 출장샵 Nearby.