BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendapatan perkapita merupakan besarnya pendapatan rata-rata penduduk di
suatu negara. Pendapatan perkapita didapatkan dari hasil pembagian pendapatan
nasional suatu negara dengan jumlah penduduk negara tersebut. Pendapatan
perkapita juga merefleksikan PDB per kapita. Pendapatan nasional pada dasarnya
merupakan kumpulan pendapatan masyarakat suatu negara. Tinggi rendahnya
pendapatan nasional akan mempengaruhi tinggi rendahnya pendapatan per kapita
negara yang bersangkutan. Akan tetapi, banyak sedikitnya jumlah penduduk pun
akan mempengaruhi jumlah pendapatan per kapita suatu negara.
Pendapatan perkapita sering digunakan sebagai tolak ukur kemakmuran dan
tingkat pembangunan sebuah negara; semakin besar pendapatan perkapitanya,
semakin makmur negara tersebut.Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat berdasarkan
data produk domestik bruto (PDB) pendapatan per kapita masyarakat Indonesia
pada 2012 mencapai Rp33,3 juta atau USD3.562,6 per tahun. Angka ini mencatatkan
kenaikan ketimbang 2011.Kepala BPS Suryamin menjelaskan, pendapatan masyarakat
meningkat 9,53 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp30,4 juta atau
USD3.498,2 per tahun. Diperkirakan masyarakat Indonesia memperoleh pendapatan
per bulan sebesar Rp2,775 juta atau setara Rp92.500 per hari.
Menurutnya, PDB Indonesia pada kuartal IV-2012 masih mendominasi di Pulau
Jawa yaitu Provinsi DKI menjadi PDB paling besar, dan juga Jawa Timur, serta
Jawa Barat.Secara kuantitatif, BPS melaporkan kegiatan di sektor sekunder dan
tersier masih terkonsentrasi di Pulau Jawa. Sementara kegiatan primer lebih
banyak dikontribusi daerah-daerah di luar Jawa.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2012 mencapai 6,23 persen yang
bersumber dari pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 5,28
persen dan pembentukan modal tetap bruto sebesar 9,81 persen.
B.
Rumusan
Masalah
Bertolak dari latar belakang masalah di atas, maka ada beberapa rumusan masalah yang akan dibahas lebih lanjut pada bab
berikutnya. Rumusan masalah yang dimaksud
adalah sebagai berikut:
1. Apa yang
dimaksud dengan Pendapatan Nasional?
2. Bagaimanakah
siklus alur pendapatan (circular flow)?
3. Faktor apa
saja yang mempengaruhi pendapatan nasional?
4. Sebut dan
jelaskan konsep dasar pendapatan nasional!
5. Bagaimanakah
metode-metode perhitungan pendapatan nasional?
6. Bagaimanakah
perkembangan PDB dan pendapatan nasional di Indonesia?
7. Bagaimanakah
hubungan pendapatan nasional dengan pendapatan perkapita?
8. Bagaimanakah
perhitungan pendapatan perkapita?
9. Bagaimanakah
pendapatan perkapita penduduk Indonesia?
C.
Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui
pengertian Pendapatan Nasional?
2. Mengetahui
siklus alur pendapatan (circular flow)?
3. Mengetahui
factor-faktor yang mempengaruhi pendapatan nasional?
4. Mengetahui
konsep dasar pendapatan nasional!
5. Mengetahui
metode-metode perhitungan pendapatan nasional?
6. Mengtahui
perkembangan PDB dan pendapatan nasional di Indonesia?
7. Mengetahui
hubungan pendapatan nasional dengan pendapatan perkapita?
8. Mengetahui
cara perhitungan pendapatan perkapita?
9. Mengetahui
pendapatan perkapita penduduk Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendapatan Nasional
Pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan yang
diterima oleh faktor produksi yang digunakan untuk memproduksikan barang dan
jasa dalam suatu tahun tertentu. Pendapatan nasional juga dapat diartikan
sebagai nilai barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu Negara.[1]
Salah satu tolak ukur yang dapat digunakan untuk
menilai kondisi perekonomian suatu negara adalah pendapatan nasional. Tujuan
dari perhitungan pendapatan nasional ini adalah untuk mendapatkan gambaran
tentang tingkat ekonomi yang telah dicapai dan nilai output yang diproduksi,
komposisi pembelanjaan agregat, sumbangan dari berbagai sektor perekonomian,
serta tingkat kemakmuran yang dicapai.[2]
Sir William Petty adalah pencetus konsep pendapatan
nasional yang pertama kali pada tahun 1665 di negara Inggris. Dalam
perhitungannya, ia menggunakan anggapan bahwa pendapatan nasional merupakan
penjumlahan biaya hidup (konsumsi) selama setahun. Namun, pendapat tersebut
tidak disepakati oleh para ahli ekonomi modern, sebab menurut pandangan ilmu
ekonomi modern, konsumsi bukanlah satu-satunya unsur dalam perhitungan
pendapatan nasional. Menurut mereka, alat utama sebagai pengukur kegiatan
perekonomian adalah Produk Nasional Bruto (Gross National Product, GNP), yaitu
seluruh jumlah barang dan jasa yang dihasilkan tiap tahun oleh negara yang
bersangkutan diukur menurut harga pasar pada suatu negara.[3]
B. Siklus Aliran Pendapatan (Circular Flow)
Siklus aliran pendapatan seperti ditunjukkan pada Bagan
2.1. adalah sebuah model yang menggambarkan bagaimana interaksi antar
pelaku-pelaku ekonomi menghasilkan pendapatan yang digunakan sebagai
pengeluaran dalam upaya memaksimalkan nilai kegunaan (utility) masing-masing pelaku ekonomi.[4]
Bagan 2.1.
Model
circular flow membagi perekonomian
menjadi empat sektor:
1) Sektor
Rumah Tangga (Households Sector),
yang terdiri atas sekumpulan individu yang dianggap homogen dan identik
2) Sektor
Perusahaan (Firms Sector), yang
terdiri atas sekumpulan perusahaan yang memproduksi barang dan jasa.
3) Sektor
Pemerintah (Government Sector), yang
memiliki kewenangan politik untuk mengatur kegiatan masyarakat dan perusahaan.
4) Sektor
Luar Negeri (Foreign Sector), yaitu
sektor perekonomian dunia, dimana perekonomian melakukan transaksi ekspor
impor.
C. Faktor faktor yang Mempengaruhi
Pendapatan Nasional
- Permintaan dan Penawaran Agregat
Permintaan
agregat menunjukkan hubungan antara keseluruhan permintaan terhadap
barang-barang dan jasa sesuai dengan tingkat harga. Permintaan agregat adalah
suatu daftar dari keseluruhan barang dan jasa yang akan dibeli oleh
sektor-sektor ekonomi pada berbagai tingkat harga, sedangkan penawaran agregat
menunjukkan hubungan antara keseluruhan penawaran barang-barang dan jasa yang
ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan dengan tingkat harga tertentu.
Konsumsi
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pendapatan nasional. Jika terjadi
perubahan permintaan atau penawaran agregat, maka perubahan tersebut akan
menimbulkan perubahan-perubahan pada tingkat harga, tingkat pengangguran dan
tingkat kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Adanya kenaikan pada permintaan
agregat cenderung mengakibatkan kenaikan tingkat harga dan output nasional
(pendapatan nasional), yang selanjutnya akan mengurangi tingkat pengangguran.
Penurunan pada tingkat penawaran agregat cenderung menaikkan harga, tetapi akan
menurunkan output nasional (pendapatan nasional) dan menambah pengangguran. [5]
- Konsumsi dan tabungan
Konsumsi
adalah pengeluaran total untuk memperoleh barang-barang dan jasa dalam suatu
perekonomian dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun), sedangkan
tabungan (saving) adalah bagian dari pendapatan yang tidak dikeluarkan
untuk konsumsi. Antara konsumsi, pendapatan, dan tabungan sangat erat
hubungannya. Hal ini dapat kita lihat dari pendapat Keynes yang dikenal dengan
psychological consumption yang membahas tingkah laku masyarakat dalam konsumsi
jika dihubungkan dengan pendapatan.[6]
- Investasi
Pengeluaran
untuk investasi merupakan salah satu komponen penting dari pengeluaran agregat.[7]
D. Konsep Dasar Pendapatan Nasional
Tujuan perhitungan output maupun pengeluaran dan
ukuran-ukuran agregat lainnya adalah untuk menganalisis dan menentukan
kebijakan ekonomi guna memperbaiki/meningkatkan kemakmuran/kesejahteraan
rakyat. Beberapa hal yang harus dipelajari, antara lain[8]:
- Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product)
Produk Domestik Bruto menghitung hasil produksi suatu
perekonomian tanpa memperhatikan siapa pemilik faktor produksi tersebut. Semua
faktor produksi yang berlokasi dalam perekonomian tersebut output-nya
diperhitungkan dalam PDB.
- Produk Nasional Bruto (Gross National Product)
Nilai produksi yang dihasilkan oleh faktor-faktor
produksi milik perekonomian disebut sebagai Produk Nasional Bruto. Kelemahan
perhitungan PDB dapat dikoreksi dengan mengurangkan nilai produksi yang
dihasilkan faktor produksi yang berasal dari luar perekonomian. PDB tidak
memperhatikan produksi yang dihasilkan oleh faktor produksi milik domestik yang
berada di luar perekonomian itu sendiri. Angka yang dihasilkan dari penjumlahan
dan pengurangan terhadap PDB merupakan Produk Nasional Bruto (PNB) atau Gross National Product.
PNB
= PDB – PFLN + PFDN
Selisih
antara PFLN dengan PFDN adalah pendapatan faktor produksi neto (PFPN) atau net faktor income from abroad.
PNB
= PDB + PFPN
Jika PFPN negatif, artinya pembayaran terhadap
pendapatan faktor-faktor produksi luar negeri lebih besar daripada penerimaan
atas balas jasa faktor produksi domestik yang digunakan oleh perekonomian luar
negeri.
- Produk Nasional Neto (Net National Product)
Untuk memproduksi barang dan jasa dibutuhkan barang
modal (capital goods). Itulah
sebabnya perusahaan harus melakukan investasi. Tujuan dari investasi adalah
mengganti barang modal yang sudah aus (usang) dan menambah stok barang modal
yang sudah ada. Dalam perhitungan PDB berdasarkan pendekatan pengeluaran, yang
dimasukkan adalah total pengeluaran investasi bruto. Padahal yang lebih relevan
adalah investasi neto, yaitu investasi bruto dikurangi depresiasi. Untuk
memperoleh angka yang lebih akurat, maka PNB harus dikurangi depresiasi. Angka
yang dihasilkan merupakan Produk Nasional Neto.
PNN
= PNB – Depresiasi
- NI (National Income)
Telah
dikatakan bahwa Pendapatan Nasional (PN) merupakan balas jasa atas seluruh
faktor produksi yang digunakan. Angka PN dapat diturunkan dari angka PNN. Untuk
mendapatkan angka PN dari PNN, kita harus mengurangi PNN dengan angka pajak
tidak langsung (PTL) dan menambahkan angka subsisi (S). Pajak tidak langsung harus dikurangkan,
karena tidak mencerminkan balas jasa atas faktor produksi. Sedangkan subsidi
harus ditambahkan karena merupakan balas jasa atas faktor produksi, tetapi
tidak masuk dalam perhitungan PNN.
PN
= PNN – PTL + S
- PI (Personal Income)
Pendapatan
nasional adalah bagian pendapatan nasional yang merupakan hak individu-individu
dalam perekonomian, sebagai balas jasa keikutsertaan mereka dalam proses
produksi. Untuk memperoleh angka PP dari PN maka laba perusahaan yang tidak
dibagikan (retained earning) harus
dikurangkan, sebab laba tidak dibagikan (LTB) merupakan hak perusahaan. Selain
LTB, pembayaran-pembayaran asuransi sosial atau social insurance payments juga harus dikurangkan. Pendapatan
personal bukan saja diterima karena balas jasa atas kesediaan bekerja ataupun pendapatan non upah yang diperoleh dari sektor
perusahaan, tetapi juga pendapatan bunga yang diterima dari pemerintah dan konsumen
(PIGK) atau personal interest income
received from government and consumers dan pendapatan non balas jasa (PNBJ)
atau transfer payment to persons.
PP
= PN – LTB + PIGK + PNBL
- Pendapatan Personal Disposable (Disposable Personal Income)
Pendapatan
personal disposabel adalah pendapatan personal yang dipakai oleh individu, baik
untukmembiayai konsumsinya maupun untuk ditabung. Besarnya adalah pendapatan
personal dikurangi pajak atas pendapatan personal (PAP) atau personal taxes.
C
+ G + I + (X – M) = Produk Domestik Buto
E.
Metode-metode
Perhitungan Pendapatan Nasional
Ada
tiga cara penghitungan pendapatan nasional, yaitu[9]:
- Metode Output/Metode Produksi (Output Approach)
Menurut metode ini, PDB adalah total output (produksi)
yang dihasilkan suatu perekonomian. Cara penghitungan dalam praktik adalah
dengan membagi-bagi perekonomian menjadi beberapa sektor produksi (industrial origin). Jumlah output
masing-masing sektor merupakan jumlah output seluruh perekonomian. Hanya saja,
ada kemungkinan bahwa output yang dihasilkan suatu sektor perekonomian berasal dari output sektor lain. Atau bisa juga
merupakan input bagi
sektor ekonomi yang lain lagi. Dalam perhitungan PDB dengan metode produksi,
yang dijumlahkan adalah nilai tambah (added
value) masing-masing sektor. Yang dimaskud dengan nilai tambah adalah
selisih antara nilai output dengan nilai input antara.
NT
= NO – NI
Dimana
:
NT
= nilai tambah
NO
= nilai output
NI
= nilai input antara
Proses
produksi merupakan proses menciptakan atau meningkatkan nilai tambah. Aktivitas
produksi yang baik adalah aktivitas yang menghasilkan NT > 0.
- Metode Pendapatan (Income Approach)
Metode pendapatan memandang nilai output perekonomian
sebagai nilai total balas jasa atas faktor produksi yang digunakan dalam proses
produksi. Hubungan antara tingkat output dengan faktor-faktor produksi yang
digunakan digambarkan dalam fungsi produksi sederhana dibawah ini :
Q
= f(L,K,U,E)
Dimana
:
Q
= output
L
= tenaga kerja
K
= barang modal
U
= uang /finansial
E
= kemampuan entrepreneur atau
kewirausahaan
Untuk
memproduksi output dibutuhkan input berupa tenagakerja, barang modal dan uang
yang banyak yang tidak akan menghasilkan apa-apa jika tidak ada kemampuan entrepreneur. Kemampuan entrepreneur ini
adalah kemampuan dan keberanian mengombinasikan tenaga kerja, barang modal, dan
uang untuk menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Balas
jasa untuk tenaga kerja adalah upah atau gaji. Untuk barang modal adalah
pendapatan sewa. Untuk pemilik uang/aset finansial adalah pendapatan bunga.
Sedangkan untuk pengusaha adalah keuntungan. Total balas jasa atas seluruh
faktor produksi disebut Pendapatan Nasional.
PN=
w + i + r + π
Dimana
:
w
= upah/gaji
i
= pendapatan bunga
r
= pendapatan sewa
π
= keuntungan
- Metode Pengeluaran ( Expenditure Approach )
Menurut
metode pengeluaran, nilai PDB merupakan nilai total pengeluaran dalam
perekonomian selama periode tertentu. Menurut metode ini ada beberapa jenis
pengeluaran agregat dalam suatu perekonomian, yaitu :
1) Konsumsi
Rumah Tangga (Household Consumption)
Pengeluaran
sektor rumah tangga dipakai untuk konsumsi akhir, baik barang dan jasa yang
habis pakai dalam tempo setahun atau kurang (durable goods) maupun barang yang dapat dipakai lebih dari setahun
(non-durable goods).
2) Konsumsi
Pemerintah (Government Consumption)
Yang
masuk dalam perhitungan konsumsi pemerintah adalah pengeluaran-pengeluaran
pemerintah yang digunakan untuk membeli barang dan jasa akhir. Sedangkan
pengeluaran-pengeluaran untuk tunjangan-tunjangan sosial tidak masuk dalam perhitungan perekonomian pemerintah.
Itulah sebabnya dalam data statistic PDB,
pengeluaran konsumsi pemerintah nilainya lebih kecil daripada pengeluaran yang
tertera dalam anggaran pemerintah (sisi pengeluaran anggaran negara).
3) Pembentukan
Modal Tetap Domestik Bruto (Investment
Expenditure)
Pembentukan
Modal Tetap Domestik Bruto merupakan pengeluaran sector dunia usaha. Pengeluaran ini dilakukan
untuk memelihara dan memperbaiki kemampuan menciptakan/meningkatkan nilai
tambah termasuk dalam PMTDB adalah perubahan stok, baik
berupa barang jadi maupun barang setengah jadi. Untuk mengetahui berapa potensi
produksi, akan lebih akurat bila yang dihitung adalah investasi neto (net investment), yaitu investasi bruto
dikurangi penyusutan.
4) Ekspor
Neto (Net Export)
Yang
dimaksud dengan ekspor bersih adalah selisih antara nilai ekspor dengan impor.
Ekspor neto yang positif menunjukkan bahwa ekspor
lebih besar daripada impo. Begitu juga sebaliknya, perhitungan ekspor neto dilakukan bila perekonomian melakukan
transaksi dengan perekonomian lain (dunia).
Nilai
PDB berdasarkan metode ini adalah nilai total lima jenis pengeluaran tersebut :
PDB
= C + G + I + (X – M)
Dimana
:
C
= konsumsi rumah tangga X = ekspor
G
= konsumsi pemerintah ` M = impor
I
= PMTDB
F.
Data
PDB dan Pendapatan Nasional di Indonesia dari 2000-2012
(Terlampir)[10]
G.
Hubungan Pendapatan Nasional dengan Pendapatan
Perkapita
Pendapatan nasional pada
dasarnya merupakan kumpulan pendapatan masyarakat suatu negara. Tinggi
rendahnya pendapatan nasional akan mempengaruhi tinggi rendahnya pendapatan per
kapita negara yang bersangkutan. Akan tetapi, banyak sedikitnya jumlah penduduk
pun akan mempengaruhi jumlah pendapatan per kapita suatu Negara.[11]
H.
Perhitungan Pendapatan per Kapita
Pendapatan perkapita
didapatkan dari hasil pembagian pendapatan nasional suatu negara dengan jumlah
penduduk negara tersebut. Pendapatan perkapita juga merefleksikan PDB per
kapita. Pendapatan perkapita sering digunakan sebagai tolak ukur kemakmuran dan
tingkat pembangunan sebuah negara; semakin besar pendapatan perkapitanya,
semakin makmur negara tersebut.[12]
I.
Pendapatan Per Kapita Penduduk Indonesia
Indonesia merupakan negara terluas dengan jumlah
penduduk terbanyak di kawasan Asia Tenggara. data tahun 2009 luas
negara Indonesia sebesar 1.904.569 km2 dengan jumlah populasi
sebanyak 240.271.522 orang. Jumlah kepadatan penduduk per km2
sebesar 126 orang. Berdasarkan data dari sumber tersebut didapatkan bahwa
jumlah pendapatan negara Indonesia pada tahun 2009 sebesar 539.377.000.000 USD.
Jumlah yang sangat besar bila dibandingkan negara lain. Namun bila dilihat dari
pendapatan per kapita negara Indonesia pada tahun 2009 hanya sebesar US$ 2.050. Jumlah ini sangat sedikit bila
dibandingkan dengan pendapatan per kapita negara lain dengan jumlah penduduk
yang jauh lebih sedikit.
Tabel
2.1.
Pendapatan per kapita
negara Asia Tenggara tahun 2009-2012 menurut Bank Dunia
No.
|
Negara
|
2008
|
2009
|
2010
|
2011
|
2012
|
1.
|
Singapore
|
US$ 37.650
|
US$ 37.220
|
US$ 41.122
|
US$ 50.714
|
US$ 57.238
|
2.
|
Brunei
|
US$ 33.030
|
US$ 31.180
|
US$ 33.000
|
US$ 36.521
|
US$ 47.200
|
3.
|
Malaysia
|
US$ 7.270
|
US$ 7.350
|
US$ 8.373
|
US$ 8.617
|
US$ 14.603
|
4.
|
Thailand
|
US$ 3.670
|
US$ 3.760
|
US$ 4.608
|
US$ 5.281
|
US$ 8.643
|
5.
|
Indonesia
|
US$ 1.880
|
US$ 2.050
|
US$ 2.946
|
US$ 3.469
|
US$ 4.380
|
6.
|
Philippines
|
US$ 1.890
|
US$ 2.050
|
US$ 2.140
|
US$ 2.255
|
US$ 3.725
|
7.
|
Vietnam
|
US$
860
|
US$
930
|
US$ 1.224
|
US$ 1.362
|
US$ 3.725
|
8.
|
Laos
|
US$ 2.140
|
US$ 2.255
|
US$ 1.177
|
US$ 1.204
|
US$ 2.435
|
9.
|
Myanmar
|
-
|
US$
750
|
US$
800
|
US$
804
|
US$ 1.900
|
10.
|
Kamboja
|
US$
610
|
US$
610
|
US$
795
|
US$
912
|
US$ 1.246
|
Sumber: Zulkarnain, 2012; Tiara; Putri
2013
Thailand dengan jumlah penduduk 1/3 dari
Indonesia (67.764.000 jiwa), akan tetapi memiliki pendapatan per kapita lebih besar dari pada Indonesia yaitu sebesar US$
3.760. Malaysia dengan jumlah penduduk 1/8 dari Indonesia (28.318.000), namun
memiliki pendapatan perkapita 3 kali lebih besar dari pada Indonesia, yaitu
sebesar US$ 7.350. Brunei Darussalam dengan jumlah penduduk 1/6 dari Indonesia
atau sebesar 428.000 jiwa, tetapi memiliki pendapatan per kapita sangat jauh lebih besar dari pada Indonesia
yaitu sebesar US$ 31.180. Bahkan Singapura dengan jumlah penduduk yang hanya
5.076.700 jiwa atau sebesar 1/47 dari jumlah penduduk Indonesia, memiliki
pendapatan per kapita terbesar di kawasan Asia Tenggara. Singapura memiliki
pendapatan per kapita 18 kali lipat lebih besar dari Indonesia yaitu
sebesar US$ 37.220.
Data dari berbagai sumber, menyebutkan bahwa pendapatan per kapita Singapura
pada tahun 2012 sebesar $56,694 sehingga negara tersebut menduduki peringkat 3
negara terkaya di dunia dan merupakan negara dengan kualitas hidup nomer 1 di
Asia. Bahkan Brunei Darussalam yang memiliki penduduk hanya sekitar 400 ribu
jiwa, dapat menduduki peringkat 5 negara terkaya di dunia pada tahun 2012
dengan pendapatan per kapita sebesar $48.000. Sangat mengagumkan sekali, dimana
dengan jumlah penduduk yang lebih sedikit namun dapat memanfaatkan potensi yang
dimiliki negara tersebut secara optimal.
Hal ini sangat disayangkan sekali, karena
dengan jumlah penduduk negara Indonesia yang sangat banyak, namun tidak dapat
mencapai pendapatan negara yang tinggi. Hal ini mungkin dikarenakan jumlah
lapangan pekerjaan yang masih sedikit, tingkat pengangguran yang tinggi,
tingkat korupsi yang tinggi, dan sebagainya. Indonesia sebenarnya memiliki
kekayaan alam yang melimpah, namun kurang dapat mengelola dan memanfaatkannya
dengan baik. Akhirnya malah lebih banyak barang-barang yang diimpor daripada
diekspor. Selain itu, tingkat deflasi Indonesia lebih tinggi daripada inflasinya.
Alangkah baiknya jika masalah-masalah tersebut dapat teratasi, pasti seluruh
penduduk negara Indonesia akan makmur. Diperlukan pula untuk belajar dari
negara-negara lain yang dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh negara
dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian, negara Indonesia kelak mungkin bisa
termasuk dalam negara maju dengan pendapatan per kapita yang tinggi.
J. Dampak Pendapatan Nasional Terhadap
Dalam Negeri
Berikut ini
beberapa dampak diketahuinya pendapatan nasional bagi kondisi perekonomian
dalam negeri :
- Dengan mengetahui data pendapatan nasional, pemerintah dapat menelaah kembali struktur perekonomian yang kemudian dapat dijadikan bahan untuk membuat kebijakan guna meningkatkan kondisi perekonomian di Negara ini.
- Dengan data pendapatan nasional, pemerintah dapat mengetahui tingkat penyebaran pendapatan yang kurang merata antar daerah, dengan begitu pemerintah dapat membuka lapangan kerja baru di daerah yang berpendapatan rendah dengan tujuan mengurangi pengangguran dan kemiskinan serta pendapatan antar daerah juga akan lebih merata. Sehingga kondisi perekonomian di Negara ini dapat ditingkatkan.
- Dengan data pendapatan nasional, pemerintah dapat menentukan besarnya kontribusi berbagai sektor perekonomian terhadap pendapatan nasional. Maksudnya, pemerintah dapat meningkatkan sektor-sektor tertentu yang kurang memberikan kontribusi bagi pendapatan nasional agar dapat lebih berkontribusi terhadap pendapatan nasional untuk masa yang akan datang, serta dapat menentukan sektor mana saja yang menjadi andalan untuk meningkatkan pendapatan nasional.
- Dengan data pendapatan nasional, pemerintah dapat membandingkan kemajuan perekonomian dari waktu ke waktu, sehingga dapat dijadikan sebagai landasan perumusan kebijakan untuk meningkatkan kondisi perekonomian di Negara ini untuk masa yang akan datang.[13]
K. Dampak Pendapatan Nasional Terhadap
Luar Negeri
Masalah
ekonomi sepertinya telah menjadi masalah paling rumit di Indonesia. Bisa
dikatakan demikian karena masalah tersebut tak jua mendapatkan jalan keluar.
Pemerintah terdiri dari presiden, menteri dan staf-stafnya seringkali dituding
sebagai pihak yang paling bersalah atas ketidak mampuan Indonesia menangani
masalah perekonomian, namun nyatanya setelah beberapa periode pergantian
“pemimpin” masalah Ekonomi tetap saja
tidak dapat diperbaiki, bahkan bisa dikatakan semakin parah.
Pendapatan
nasional Indonesia menjadi tolak ukur seberapa jauh Indonesia telah berkembang
dari waktu ke waktu, dari segi perbaikan memang jika dilihat dari pendapatan
nasionalnya perekonomian Indonesia dikatakan meningkat, namun ada hal lain yang
juga tak mampu dipungkiri yaitu Hutan Negara Indonesia yang juga dikatakan
semakin meningkat.
Kegagalan
Indonesia di masa lalu dalam mengelola utang telah menyebabkan sebagian
masyarakat alergi terhadap utang luar negeri dan menganggapnya sebagai beban
yang harus dibayar mahal. Besarnya utang luar negeri saat ini telah menimbulkan
pro kontra di kalangan masyarakat luas. Adanya utang yang sangat besar tersebut
merupakan suatu ancaman terhadap stabilitas ekonomi dan kemandirian bangsa
Indonesia jika tidak dikelola dengan baik.
Dikarenakan
fungsi pendapatan nasional atau pendapatan perkapita membandingkan tingkat
kesejahteraan suatu masyarakat dan tingkat ekonomi antar Negara, pendapatan
nasional Negara ini yag bisa dikatakan belum pada traf memadai juga dapat
membuat Negara kita menjadi bahan olok-olok Negara lain, kita ambil contoh
amerika, tidak dapat dipungkiri bahwa seringkali pemerintah Indonesia dikatakan
“disetir” oleh amerika, banya diantara kebijakan yang diambil pemerintah duduga
memiliki campur tangan dari amerka, ini terjadi karena amerika merasa Indonesia
masih sangat membutuhkan amerika dalam berbagai bidang perekonomian. Begitu
pula dengan Negara-negara lain yang kebanyakan berasal dari benua eropa dan
amerika, Indonesia dianggap lemah dan membutuhkan banyak bantuan dari luar
negeri untuk mengkatkan perekomiannya.
Tidak semua
dampak yang ditimbulkan oleh adanya pendapatan nasional tersebut adalah dampak
buruk, ada dampak baik yang juga dibawa olehnya. Data pendapatan nasional dapat
yang digunakan untuk menggolongkan suatu negara menjadi negara industri,
pertanian, atau negara jasa, mengggolongkan Indonesia sebagai negara pertanian
atau agraris membuat hasil bumi Indonesia cukup dikenal berlimpah oleh Negara
luar. Ini meberikan dampak positif yaitu banyaknya Negara luar yang mengimport
barang dari Indonesia, mengingat pentingnya kenaikan tingkat eksport untuk
mengukur pendapatan nasiona tentunya hal ini sangat bermanfaat bagi Indonesia.[14]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Bertolak dari latar belakang di atas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
- Pendapatan nasional adalah ukuran nilai output berupa barang dan jasa yang dihasilkan suatu Negara dalam periode tertentu atau jumlah seluruh pendapatan yang diterima oleh masyarakat dalam suatu Negara dalam satu tahun.
- Konsep pendapatan nasional adalah sebagai berikut produk domestik bruto (GDP), produk sasional bruto (GNP), pendapatan nasional netto (NNI), pendapatan perseorangan (PI), Pendapatan yang siap dibelanjakan (DI).
- Cara untuk menghitung pendapatan nasional dengan cara pendekatan produksi, pendekatan pendapatan, dan pendekatan pengeluaran.
Pada saat ini angka pendapatan per kapita saat ini
belum mencerminkan pemerataan pendapatan masyarakat. Sebab, angka pendapatan
per kapita dihitung hanya dari besaran PDB dibagi dengan jumlah penduduk
Indonesia secara keseluruhan. Meskipun pada setiap tahunnya Negara Indonesia
mengalami kenaikan pendapatan pe kapita namun belum cukup untuk menciptakan
stabilitas ekonomi dan politik menjadi lebih baik, karena Pendapatan per kapita
6.000 dollar AS adalah patokan yang sesuai bagi negara demokrasi besar seperti
Indonesia, tetapi jika masih di bawah
itu maka masih akan terjadi gonjang-ganjing, baik itu sosial maupun politik.
Sedangkan pendapatan per kapita Indonesia pada tahun 2012 US$ 4.380.
B. Saran
Untuk mencapai stabilitas ekonomi dan politik menjadi
lebih baik Negara Indonesia seharusnya meningkatkan pendapatan per kapita penduduk
Negaranya. Dalam hal ini perlu dukembangkan dalam beberapa sector untuk
meningkatkan pendapatan per kapita tersebut baik SDM ataupun SDA yang ada di
Negara Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Rahardja,
Prathama dan Mandala Manurung. 2004. Teori
Ekonomi Makro: Suatu Pengantar. Ed.
Ke-2. Jakarta. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Sukirno,
Sadono .1996. Pengantar Teori Mikroekonomi. Ed Ke-2. Jakarta. PT Raja
Grafindo Persada.
Nugroho,
M.L. 2012. Pendapatan Perkapita Indonesia
dan Cara Menghitungnya. http://mukhammadluthfinugroho.wordpress.com/2012/04/06/pendapatan-perkapita-indonesia-dan-cara-menghitungnya-tulisan-softskill-2semester-4/.
diakses tanggal 21 Mei 2013.
Suriyanti Nasuition. 2011. Pengantar
Ekonomi: Pendapatan Nasional. http://suriyantinasutionumy.wordpress.com/tugas-kuliah-2/pengantar-ekonomi-pendapatan-nasional/,
diakses pada tanggal 23 September 2014
Pandu
Azhari Ramadhan, 2011, Dampak Pendapatan Nasional Terhadap Dalam Negeri, http://panduzone.blogspot.com/2011/04/dampak-pendapatan-nasional-dalam-negeri.html,
diakses pada tanggal 20 September 2014
Badan Pusat Statistik. 2009. Statistik
Indonesia. Jakarta. BPS.
LAMPIRAN
1. Produk Domestik Bruto Per Kapita, Produk Nasional
Bruto Per Kapita dan Pendapatan Nasional Per Kapita, 2000-2013 (Rupiah)
2. Produk Domestik Bruto Menurut Jenis Pengeluaran,
Produk Nasional Bruto, dan Pendapatan Nasional Atas Dasar Harga Berlaku (miliar
rupiah) 2000-2012
3. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah), 2000-2013
4. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah), 2014
[1] Sadono Sukirno, Pengantar
Teori Mikroekonomi, Ed Ke-2, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996),
hlm. 36
[2] Ibid., hlm. 55
[3] Ibid., hlm. 58
[4] Prathama Rahardja dan Mandala
Manurung, Teori Ekonomi Makro: Suatu
Pengantar, Ed. Ke-2. (Jakarta:
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004), hlm. 12-13
[5] Sadono Sukirno, Op.cit.,
hlm. 62
[6] Ibid., hlm. 63
[7] Ibid.
[8] Prathama Rahardja dan Mandala
Manurung, Op.cit., hlm. 22-25
[9] Ibid., hlm. 16-21
[10] Badan Pusat Statistik, Statistik
Indonesia, BPS, Jakarta, 2009
[11] M.L. Nugroho,
2012, Pendapatan Perkapita Indonesia dan
Cara Menghitungnya, http://mukhammadluthfinugroho.wordpress.com/2012/04/06/pendapatan-perkapita-indonesia-dan-cara-menghitungnya-tulisan-softskill-2semester-4/,
diakses tanggal 21 Mei 2013.
[12] Ibid.
[13] Pandu Azhari Ramadhan, 2011, Dampak
Pendapatan Nasional Terhadap Dalam Negeri, http://panduzone.blogspot.com/2011/04/dampak-pendapatan-nasional-dalam-negeri.html,
diakses pada tanggal 20 September 2014
[14] Suriyanti Nasuition, Pendapatan
Nasional, http://suriyantinasutionumy.wordpress.com/tugas-kuliah-2/pengantar-ekonomi-pendapatan-nasional/,
diakses pada tanggal 20 September 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar