Senin, 16 Maret 2015

Pendapatan Nasional



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pendapatan perkapita merupakan besarnya pendapatan rata-rata penduduk di suatu negara. Pendapatan perkapita didapatkan dari hasil pembagian pendapatan nasional suatu negara dengan jumlah penduduk negara tersebut. Pendapatan perkapita juga merefleksikan PDB per kapita. Pendapatan nasional pada dasarnya merupakan kumpulan pendapatan masyarakat suatu negara. Tinggi rendahnya pendapatan nasional akan mempengaruhi tinggi rendahnya pendapatan per kapita negara yang bersangkutan. Akan tetapi, banyak sedikitnya jumlah penduduk pun akan mempengaruhi jumlah pendapatan per kapita suatu negara.
Pendapatan perkapita sering digunakan sebagai tolak ukur kemakmuran dan tingkat pembangunan sebuah negara; semakin besar pendapatan perkapitanya, semakin makmur negara tersebut.Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat berdasarkan data produk domestik bruto (PDB) pendapatan per kapita masyarakat Indonesia pada 2012 mencapai Rp33,3 juta atau USD3.562,6 per tahun. Angka ini mencatatkan kenaikan ketimbang 2011.Kepala BPS Suryamin menjelaskan, pendapatan masyarakat meningkat 9,53 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp30,4 juta atau USD3.498,2 per tahun. Diperkirakan masyarakat Indonesia memperoleh pendapatan per bulan sebesar Rp2,775 juta atau setara Rp92.500 per hari.
Menurutnya, PDB Indonesia pada kuartal IV-2012 masih mendominasi di Pulau Jawa yaitu Provinsi DKI menjadi PDB paling besar, dan juga Jawa Timur, serta Jawa Barat.Secara kuantitatif, BPS melaporkan kegiatan di sektor sekunder dan tersier masih terkonsentrasi di Pulau Jawa. Sementara kegiatan primer lebih banyak dikontribusi daerah-daerah di luar Jawa.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2012 mencapai 6,23 persen yang bersumber dari pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 5,28 persen dan pembentukan modal tetap bruto sebesar 9,81 persen.                 
B.     Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang masalah di atas, maka ada beberapa rumusan masalah yang akan dibahas lebih lanjut pada bab berikutnya. Rumusan masalah yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1.      Apa yang dimaksud dengan Pendapatan Nasional?
2.      Bagaimanakah siklus alur pendapatan (circular flow)?
3.      Faktor apa saja yang mempengaruhi pendapatan nasional?
4.      Sebut dan jelaskan konsep dasar pendapatan nasional!
5.      Bagaimanakah metode-metode perhitungan pendapatan nasional?
6.      Bagaimanakah perkembangan PDB dan pendapatan nasional di Indonesia?
7.      Bagaimanakah hubungan pendapatan nasional dengan pendapatan perkapita?
8.      Bagaimanakah perhitungan pendapatan perkapita?
9.      Bagaimanakah pendapatan perkapita penduduk Indonesia?

C.    Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Mengetahui pengertian Pendapatan Nasional?
2.      Mengetahui siklus alur pendapatan (circular flow)?
3.      Mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi pendapatan nasional?
4.      Mengetahui konsep dasar pendapatan nasional!
5.      Mengetahui metode-metode perhitungan pendapatan nasional?
6.      Mengtahui perkembangan PDB dan pendapatan nasional di Indonesia?
7.      Mengetahui hubungan pendapatan nasional dengan pendapatan perkapita?
8.      Mengetahui cara perhitungan pendapatan perkapita?
9.      Mengetahui pendapatan perkapita penduduk Indonesia?





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pendapatan Nasional
Pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh faktor produksi yang digunakan untuk memproduksikan barang dan jasa dalam suatu tahun tertentu. Pendapatan nasional juga dapat diartikan sebagai nilai barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu Negara.[1]
Salah satu tolak ukur yang dapat digunakan untuk menilai kondisi perekonomian suatu negara adalah pendapatan nasional. Tujuan dari perhitungan pendapatan nasional ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang tingkat ekonomi yang telah dicapai dan nilai output yang diproduksi, komposisi pembelanjaan agregat, sumbangan dari berbagai sektor perekonomian, serta tingkat kemakmuran yang dicapai.[2]
Sir William Petty adalah pencetus konsep pendapatan nasional yang pertama kali pada tahun 1665 di negara Inggris. Dalam perhitungannya, ia menggunakan anggapan bahwa pendapatan nasional merupakan penjumlahan biaya hidup (konsumsi) selama setahun. Namun, pendapat tersebut tidak disepakati oleh para ahli ekonomi modern, sebab menurut pandangan ilmu ekonomi modern, konsumsi bukanlah satu-satunya unsur dalam perhitungan pendapatan nasional. Menurut mereka, alat utama sebagai pengukur kegiatan perekonomian adalah Produk Nasional Bruto (Gross National Product, GNP), yaitu seluruh jumlah barang dan jasa yang dihasilkan tiap tahun oleh negara yang bersangkutan diukur menurut harga pasar pada suatu negara.[3]
B.     Siklus Aliran Pendapatan (Circular Flow)
Siklus aliran pendapatan seperti ditunjukkan pada Bagan 2.1. adalah sebuah model yang menggambarkan bagaimana interaksi antar pelaku-pelaku ekonomi menghasilkan pendapatan yang digunakan sebagai pengeluaran dalam upaya memaksimalkan nilai kegunaan (utility) masing-masing pelaku ekonomi.[4]
Bagan 2.1.
Model circular flow membagi perekonomian menjadi empat sektor:
1)      Sektor Rumah Tangga (Households Sector), yang terdiri atas sekumpulan individu yang dianggap homogen dan identik
2)      Sektor Perusahaan (Firms Sector), yang terdiri atas sekumpulan perusahaan yang memproduksi barang dan jasa.
3)      Sektor Pemerintah (Government Sector), yang memiliki kewenangan politik untuk mengatur kegiatan masyarakat dan perusahaan.
4)      Sektor Luar Negeri (Foreign Sector), yaitu sektor perekonomian dunia, dimana perekonomian melakukan transaksi ekspor impor.

C.    Faktor faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Nasional
  1. Permintaan dan Penawaran Agregat
Permintaan agregat menunjukkan hubungan antara keseluruhan permintaan terhadap barang-barang dan jasa sesuai dengan tingkat harga. Permintaan agregat adalah suatu daftar dari keseluruhan barang dan jasa yang akan dibeli oleh sektor-sektor ekonomi pada berbagai tingkat harga, sedangkan penawaran agregat menunjukkan hubungan antara keseluruhan penawaran barang-barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan dengan tingkat harga tertentu.
Konsumsi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pendapatan nasional. Jika terjadi perubahan permintaan atau penawaran agregat, maka perubahan tersebut akan menimbulkan perubahan-perubahan pada tingkat harga, tingkat pengangguran dan tingkat kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Adanya kenaikan pada permintaan agregat cenderung mengakibatkan kenaikan tingkat harga dan output nasional (pendapatan nasional), yang selanjutnya akan mengurangi tingkat pengangguran. Penurunan pada tingkat penawaran agregat cenderung menaikkan harga, tetapi akan menurunkan output nasional (pendapatan nasional) dan menambah pengangguran. [5]
  1. Konsumsi dan tabungan
Konsumsi adalah pengeluaran total untuk memperoleh barang-barang dan jasa dalam suatu perekonomian dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun), sedangkan tabungan (saving) adalah bagian dari pendapatan yang tidak dikeluarkan untuk konsumsi. Antara konsumsi, pendapatan, dan tabungan sangat erat hubungannya. Hal ini dapat kita lihat dari pendapat Keynes yang dikenal dengan psychological consumption yang membahas tingkah laku masyarakat dalam konsumsi jika dihubungkan dengan pendapatan.[6]
  1. Investasi
Pengeluaran untuk investasi merupakan salah satu komponen penting dari pengeluaran agregat.[7]

D.    Konsep Dasar Pendapatan Nasional
Tujuan perhitungan output maupun pengeluaran dan ukuran-ukuran agregat lainnya adalah untuk menganalisis dan menentukan kebijakan ekonomi guna memperbaiki/meningkatkan kemakmuran/kesejahteraan rakyat. Beberapa hal yang harus dipelajari, antara lain[8]:
  1. Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product)
Produk Domestik Bruto menghitung hasil produksi suatu perekonomian tanpa memperhatikan siapa pemilik faktor produksi tersebut. Semua faktor produksi yang berlokasi dalam perekonomian tersebut output-nya diperhitungkan dalam PDB.
  1. Produk Nasional Bruto (Gross National Product)
Nilai produksi yang dihasilkan oleh faktor-faktor produksi milik perekonomian disebut sebagai Produk Nasional Bruto. Kelemahan perhitungan PDB dapat dikoreksi dengan mengurangkan nilai produksi yang dihasilkan faktor produksi yang berasal dari luar perekonomian. PDB tidak memperhatikan produksi yang dihasilkan oleh faktor produksi milik domestik yang berada di luar perekonomian itu sendiri. Angka yang dihasilkan dari penjumlahan dan pengurangan terhadap PDB merupakan Produk Nasional Bruto (PNB) atau Gross National Product.
PNB = PDB – PFLN + PFDN
Selisih antara PFLN dengan PFDN adalah pendapatan faktor produksi neto (PFPN) atau net faktor income from abroad.
PNB = PDB + PFPN
Jika PFPN negatif, artinya pembayaran terhadap pendapatan faktor-faktor produksi luar negeri lebih besar daripada penerimaan atas balas jasa faktor produksi domestik yang digunakan oleh perekonomian luar negeri.
  1. Produk Nasional Neto (Net National Product)
Untuk memproduksi barang dan jasa dibutuhkan barang modal (capital goods). Itulah sebabnya perusahaan harus melakukan investasi. Tujuan dari investasi adalah mengganti barang modal yang sudah aus (usang) dan menambah stok barang modal yang sudah ada. Dalam perhitungan PDB berdasarkan pendekatan pengeluaran, yang dimasukkan adalah total pengeluaran investasi bruto. Padahal yang lebih relevan adalah investasi neto, yaitu investasi bruto dikurangi depresiasi. Untuk memperoleh angka yang lebih akurat, maka PNB harus dikurangi depresiasi. Angka yang dihasilkan merupakan Produk Nasional Neto.
PNN = PNB – Depresiasi

  1. NI (National Income)
            Telah dikatakan bahwa Pendapatan Nasional (PN) merupakan balas jasa atas seluruh faktor produksi yang digunakan. Angka PN dapat diturunkan dari angka PNN. Untuk mendapatkan angka PN dari PNN, kita harus mengurangi PNN dengan angka pajak tidak langsung (PTL) dan menambahkan angka subsisi (S). Pajak tidak langsung harus dikurangkan, karena tidak mencerminkan balas jasa atas faktor produksi. Sedangkan subsidi harus ditambahkan karena merupakan balas jasa atas faktor produksi, tetapi tidak masuk dalam perhitungan PNN.
PN = PNN – PTL + S

  1. PI (Personal Income)
            Pendapatan nasional adalah bagian pendapatan nasional yang merupakan hak individu-individu dalam perekonomian, sebagai balas jasa keikutsertaan mereka dalam proses produksi. Untuk memperoleh angka PP dari PN maka laba perusahaan yang tidak dibagikan (retained earning) harus dikurangkan, sebab laba tidak dibagikan (LTB) merupakan hak perusahaan. Selain LTB, pembayaran-pembayaran asuransi sosial atau social insurance payments juga harus dikurangkan. Pendapatan personal bukan saja diterima karena balas jasa atas kesediaan bekerja ataupun pendapatan non upah yang diperoleh dari sektor perusahaan, tetapi juga pendapatan bunga yang diterima dari pemerintah dan konsumen (PIGK) atau personal interest income received from government and consumers dan pendapatan non balas jasa (PNBJ) atau transfer payment to persons.
PP = PN – LTB + PIGK + PNBL

  1. Pendapatan Personal Disposable (Disposable Personal Income)
            Pendapatan personal disposabel adalah pendapatan personal yang dipakai oleh individu, baik untukmembiayai konsumsinya maupun untuk ditabung. Besarnya adalah pendapatan personal dikurangi pajak atas pendapatan personal (PAP) atau personal taxes.
C + G + I + (X – M) = Produk Domestik Buto

E.     Metode-metode Perhitungan Pendapatan Nasional
Ada tiga cara penghitungan pendapatan nasional, yaitu[9]:
  1. Metode Output/Metode Produksi (Output Approach)
Menurut metode ini, PDB adalah total output (produksi) yang dihasilkan suatu perekonomian. Cara penghitungan dalam praktik adalah dengan membagi-bagi perekonomian menjadi beberapa sektor produksi (industrial origin). Jumlah output masing-masing sektor merupakan jumlah output seluruh perekonomian. Hanya saja, ada kemungkinan bahwa output yang dihasilkan suatu sektor perekonomian berasal dari output sektor lain. Atau bisa juga merupakan input bagi sektor ekonomi yang lain lagi. Dalam perhitungan PDB dengan metode produksi, yang dijumlahkan adalah nilai tambah (added value) masing-masing sektor. Yang dimaskud dengan nilai tambah adalah selisih antara nilai output dengan nilai input antara.
NT = NO – NI
Dimana :
NT = nilai tambah
NO = nilai output
NI = nilai input antara
            Proses produksi merupakan proses menciptakan atau meningkatkan nilai tambah. Aktivitas produksi yang baik adalah aktivitas yang menghasilkan NT > 0.

  1. Metode Pendapatan (Income Approach)
Metode pendapatan memandang nilai output perekonomian sebagai nilai total balas jasa atas faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi. Hubungan antara tingkat output dengan faktor-faktor produksi yang digunakan digambarkan dalam fungsi produksi sederhana dibawah ini :
Q = f(L,K,U,E)
Dimana :
Q = output
L = tenaga kerja
K = barang modal
U = uang /finansial
E = kemampuan entrepreneur atau kewirausahaan
            Untuk memproduksi output dibutuhkan input berupa tenagakerja, barang modal dan uang yang banyak yang tidak akan menghasilkan apa-apa jika tidak ada kemampuan entrepreneur. Kemampuan entrepreneur ini adalah kemampuan dan keberanian mengombinasikan tenaga kerja, barang modal, dan uang untuk menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat.
            Balas jasa untuk tenaga kerja adalah upah atau gaji. Untuk barang modal adalah pendapatan sewa. Untuk pemilik uang/aset finansial adalah pendapatan bunga. Sedangkan untuk pengusaha adalah keuntungan. Total balas jasa atas seluruh faktor produksi disebut Pendapatan Nasional.
PN= w + i + r + π
Dimana :
w = upah/gaji
i = pendapatan bunga
r = pendapatan sewa
π = keuntungan


  1. Metode Pengeluaran ( Expenditure Approach )
            Menurut metode pengeluaran, nilai PDB merupakan nilai total pengeluaran dalam perekonomian selama periode tertentu. Menurut metode ini ada beberapa jenis pengeluaran agregat dalam suatu perekonomian, yaitu :
1)      Konsumsi Rumah Tangga (Household Consumption)
      Pengeluaran sektor rumah tangga dipakai untuk konsumsi akhir, baik barang dan jasa yang habis pakai dalam tempo setahun atau kurang (durable goods) maupun barang yang dapat dipakai lebih dari setahun (non-durable goods).
2)      Konsumsi Pemerintah (Government Consumption)
      Yang masuk dalam perhitungan konsumsi pemerintah adalah pengeluaran-pengeluaran pemerintah yang digunakan untuk membeli barang dan jasa akhir. Sedangkan pengeluaran-pengeluaran untuk tunjangan-tunjangan sosial tidak masuk dalam perhitungan perekonomian pemerintah. Itulah sebabnya dalam data statistic PDB, pengeluaran konsumsi pemerintah nilainya lebih kecil daripada pengeluaran yang tertera dalam anggaran pemerintah (sisi pengeluaran anggaran negara).
3)      Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (Investment Expenditure)
      Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto merupakan pengeluaran sector dunia usaha. Pengeluaran ini dilakukan untuk memelihara dan memperbaiki kemampuan menciptakan/meningkatkan nilai tambah termasuk dalam PMTDB adalah perubahan stok, baik berupa barang jadi maupun barang setengah jadi. Untuk mengetahui berapa potensi produksi, akan lebih akurat bila yang dihitung adalah investasi neto (net investment), yaitu investasi bruto dikurangi penyusutan.
4)      Ekspor Neto (Net Export)
      Yang dimaksud dengan ekspor bersih adalah selisih antara nilai ekspor dengan impor. Ekspor neto yang positif menunjukkan bahwa ekspor lebih besar daripada impo. Begitu juga sebaliknya, perhitungan ekspor neto dilakukan bila perekonomian melakukan transaksi dengan perekonomian lain (dunia).
      Nilai PDB berdasarkan metode ini adalah nilai total lima jenis pengeluaran tersebut :
PDB = C + G + I + (X – M)
Dimana :
C = konsumsi rumah tangga         X = ekspor
G = konsumsi pemerintah `           M = impor
I = PMTDB

F.     Data PDB dan Pendapatan Nasional di Indonesia dari 2000-2012
(Terlampir)[10]

G.    Hubungan Pendapatan Nasional dengan Pendapatan Perkapita
Pendapatan nasional pada dasarnya merupakan kumpulan pendapatan masyarakat suatu negara. Tinggi rendahnya pendapatan nasional akan mempengaruhi tinggi rendahnya pendapatan per kapita negara yang bersangkutan. Akan tetapi, banyak sedikitnya jumlah penduduk pun akan mempengaruhi jumlah pendapatan per kapita suatu Negara.[11]

H.    Perhitungan Pendapatan per Kapita
Pendapatan perkapita didapatkan dari hasil pembagian pendapatan nasional suatu negara dengan jumlah penduduk negara tersebut. Pendapatan perkapita juga merefleksikan PDB per kapita. Pendapatan perkapita sering digunakan sebagai tolak ukur kemakmuran dan tingkat pembangunan sebuah negara; semakin besar pendapatan perkapitanya, semakin makmur negara tersebut.[12]



I.       Pendapatan Per Kapita Penduduk Indonesia
Indonesia merupakan negara terluas dengan jumlah penduduk terbanyak di kawasan Asia Tenggara. data tahun 2009  luas negara Indonesia sebesar 1.904.569 km2 dengan jumlah populasi sebanyak 240.271.522 orang. Jumlah kepadatan penduduk per km2 sebesar 126 orang. Berdasarkan data dari sumber tersebut didapatkan bahwa jumlah pendapatan negara Indonesia pada tahun 2009 sebesar 539.377.000.000 USD. Jumlah yang sangat besar bila dibandingkan negara lain. Namun bila dilihat dari pendapatan per kapita negara Indonesia pada tahun 2009 hanya sebesar US$ 2.050. Jumlah ini sangat sedikit bila dibandingkan dengan pendapatan per kapita negara lain dengan jumlah penduduk yang jauh lebih sedikit.
Tabel 2.1.
Pendapatan per kapita negara Asia Tenggara tahun 2009-2012 menurut Bank Dunia
No.
Negara
2008
2009
2010
2011
2012
1.
Singapore
US$ 37.650
US$ 37.220
US$ 41.122
US$ 50.714
US$ 57.238
2.
Brunei
US$ 33.030
US$ 31.180
US$ 33.000
US$ 36.521
US$ 47.200
3.
Malaysia
US$ 7.270
US$ 7.350
US$ 8.373
US$ 8.617
US$ 14.603
4.
Thailand
US$ 3.670
US$ 3.760
US$ 4.608
US$ 5.281
US$ 8.643
5.
Indonesia
US$ 1.880
US$ 2.050
US$ 2.946
US$ 3.469
US$ 4.380
6.
Philippines
US$ 1.890
US$ 2.050
US$ 2.140
US$ 2.255
US$ 3.725
7.
Vietnam
US$
860
US$
 930
US$ 1.224
US$ 1.362
US$ 3.725
8.
Laos
US$ 2.140
US$ 2.255
US$ 1.177
US$ 1.204
US$ 2.435
9.
Myanmar
-
US$
750
US$
800
US$
804
US$ 1.900
10.
Kamboja
US$
610
US$
610
US$
795
US$
912
US$ 1.246
Sumber: Zulkarnain, 2012; Tiara; Putri 2013
           
Thailand dengan jumlah penduduk 1/3 dari Indonesia (67.764.000 jiwa), akan tetapi memiliki pendapatan per kapita  lebih besar dari pada Indonesia yaitu sebesar US$ 3.760. Malaysia dengan jumlah penduduk 1/8 dari Indonesia (28.318.000), namun memiliki pendapatan perkapita 3 kali lebih besar dari pada Indonesia, yaitu sebesar US$ 7.350. Brunei Darussalam dengan jumlah penduduk 1/6 dari Indonesia atau sebesar 428.000 jiwa, tetapi memiliki pendapatan per kapita sangat jauh lebih besar dari pada Indonesia yaitu sebesar US$ 31.180. Bahkan Singapura dengan jumlah penduduk yang hanya 5.076.700 jiwa atau sebesar 1/47 dari jumlah penduduk  Indonesia, memiliki pendapatan per kapita terbesar  di kawasan Asia Tenggara. Singapura memiliki pendapatan per kapita 18  kali lipat lebih besar dari Indonesia yaitu sebesar US$ 37.220.
Data dari berbagai sumber, menyebutkan bahwa pendapatan per kapita Singapura pada tahun 2012 sebesar $56,694 sehingga negara tersebut menduduki peringkat 3 negara terkaya di dunia dan merupakan negara dengan kualitas hidup nomer 1 di Asia. Bahkan Brunei Darussalam yang memiliki penduduk hanya sekitar 400 ribu jiwa, dapat menduduki peringkat 5 negara terkaya di dunia pada tahun 2012 dengan pendapatan per kapita sebesar $48.000. Sangat mengagumkan sekali, dimana dengan jumlah penduduk yang lebih sedikit namun dapat memanfaatkan potensi yang dimiliki negara tersebut secara optimal. 
Hal ini sangat disayangkan sekali, karena dengan jumlah penduduk negara Indonesia yang sangat banyak, namun tidak dapat mencapai pendapatan negara yang tinggi. Hal ini mungkin dikarenakan jumlah lapangan pekerjaan yang masih sedikit, tingkat pengangguran yang tinggi, tingkat korupsi yang tinggi, dan sebagainya. Indonesia sebenarnya memiliki kekayaan alam yang melimpah, namun kurang dapat mengelola dan memanfaatkannya dengan baik. Akhirnya malah lebih banyak barang-barang yang diimpor daripada diekspor. Selain itu, tingkat deflasi Indonesia lebih tinggi daripada inflasinya. Alangkah baiknya jika masalah-masalah tersebut dapat teratasi, pasti seluruh penduduk negara Indonesia akan makmur. Diperlukan pula untuk belajar dari negara-negara lain yang dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh negara dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian, negara Indonesia kelak mungkin bisa termasuk dalam negara maju dengan pendapatan per kapita yang tinggi.




J.      Dampak Pendapatan Nasional Terhadap Dalam Negeri
Berikut ini beberapa dampak diketahuinya pendapatan nasional bagi kondisi perekonomian dalam negeri :
  1. Dengan mengetahui data pendapatan nasional, pemerintah dapat menelaah kembali struktur perekonomian yang kemudian dapat dijadikan bahan untuk membuat kebijakan guna meningkatkan kondisi perekonomian di Negara ini.
  2. Dengan data pendapatan nasional, pemerintah dapat mengetahui tingkat penyebaran pendapatan yang kurang merata antar daerah, dengan begitu pemerintah dapat membuka lapangan kerja baru di daerah yang berpendapatan rendah dengan tujuan mengurangi pengangguran dan kemiskinan serta pendapatan antar daerah juga akan lebih merata. Sehingga kondisi perekonomian di Negara ini dapat ditingkatkan.
  3. Dengan data pendapatan nasional, pemerintah dapat menentukan besarnya kontribusi berbagai sektor perekonomian terhadap pendapatan nasional. Maksudnya, pemerintah dapat meningkatkan sektor-sektor tertentu yang kurang memberikan kontribusi bagi pendapatan nasional agar dapat lebih berkontribusi terhadap pendapatan nasional untuk masa yang akan datang, serta dapat menentukan sektor mana saja yang menjadi andalan untuk meningkatkan pendapatan nasional.
  4. Dengan data pendapatan nasional, pemerintah dapat membandingkan kemajuan perekonomian dari waktu ke waktu, sehingga dapat dijadikan sebagai landasan perumusan kebijakan untuk meningkatkan kondisi perekonomian di Negara ini untuk masa yang akan datang.[13]

K.    Dampak Pendapatan Nasional Terhadap Luar Negeri
Masalah ekonomi sepertinya telah menjadi masalah paling rumit di Indonesia. Bisa dikatakan demikian karena masalah tersebut tak jua mendapatkan jalan keluar. Pemerintah terdiri dari presiden, menteri dan staf-stafnya seringkali dituding sebagai pihak yang paling bersalah atas ketidak mampuan Indonesia menangani masalah perekonomian, namun nyatanya setelah beberapa periode pergantian “pemimpin” masalah  Ekonomi tetap saja tidak dapat diperbaiki, bahkan bisa dikatakan semakin parah.
Pendapatan nasional Indonesia menjadi tolak ukur seberapa jauh Indonesia telah berkembang dari waktu ke waktu, dari segi perbaikan memang jika dilihat dari pendapatan nasionalnya perekonomian Indonesia dikatakan meningkat, namun ada hal lain yang juga tak mampu dipungkiri yaitu Hutan Negara Indonesia yang juga dikatakan semakin meningkat.
Kegagalan Indonesia di masa lalu dalam mengelola utang telah menyebabkan sebagian masyarakat alergi terhadap utang luar negeri dan menganggapnya sebagai beban yang harus dibayar mahal. Besarnya utang luar negeri saat ini telah menimbulkan pro kontra di kalangan masyarakat luas. Adanya utang yang sangat besar tersebut merupakan suatu ancaman terhadap stabilitas ekonomi dan kemandirian bangsa Indonesia jika tidak dikelola dengan baik.
Dikarenakan fungsi pendapatan nasional atau pendapatan perkapita membandingkan tingkat kesejahteraan suatu masyarakat dan tingkat ekonomi antar Negara, pendapatan nasional Negara ini yag bisa dikatakan belum pada traf memadai juga dapat membuat Negara kita menjadi bahan olok-olok Negara lain, kita ambil contoh amerika, tidak dapat dipungkiri bahwa seringkali pemerintah Indonesia dikatakan “disetir” oleh amerika, banya diantara kebijakan yang diambil pemerintah duduga memiliki campur tangan dari amerka, ini terjadi karena amerika merasa Indonesia masih sangat membutuhkan amerika dalam berbagai bidang perekonomian. Begitu pula dengan Negara-negara lain yang kebanyakan berasal dari benua eropa dan amerika, Indonesia dianggap lemah dan membutuhkan banyak bantuan dari luar negeri untuk mengkatkan perekomiannya.
Tidak semua dampak yang ditimbulkan oleh adanya pendapatan nasional tersebut adalah dampak buruk, ada dampak baik yang juga dibawa olehnya. Data pendapatan nasional dapat yang digunakan untuk menggolongkan suatu negara menjadi negara industri, pertanian, atau negara jasa, mengggolongkan Indonesia sebagai negara pertanian atau agraris membuat hasil bumi Indonesia cukup dikenal berlimpah oleh Negara luar. Ini meberikan dampak positif yaitu banyaknya Negara luar yang mengimport barang dari Indonesia, mengingat pentingnya kenaikan tingkat eksport untuk mengukur pendapatan nasiona tentunya hal ini sangat bermanfaat bagi Indonesia.[14]




















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Bertolak dari latar belakang di atas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
  1. Pendapatan nasional adalah ukuran nilai output berupa barang dan jasa yang dihasilkan suatu Negara dalam periode tertentu atau jumlah seluruh pendapatan yang diterima oleh masyarakat dalam suatu Negara dalam satu tahun.
  2. Konsep pendapatan nasional adalah sebagai berikut produk domestik bruto (GDP), produk sasional bruto (GNP), pendapatan nasional netto (NNI), pendapatan perseorangan (PI), Pendapatan yang siap dibelanjakan (DI).
  3. Cara untuk menghitung pendapatan nasional dengan cara pendekatan produksi, pendekatan pendapatan, dan pendekatan pengeluaran.
Pada saat ini angka pendapatan per kapita saat ini belum mencerminkan pemerataan pendapatan masyarakat. Sebab, angka pendapatan per kapita dihitung hanya dari besaran PDB dibagi dengan jumlah penduduk Indonesia secara keseluruhan. Meskipun pada setiap tahunnya Negara Indonesia mengalami kenaikan pendapatan pe kapita namun belum cukup untuk menciptakan stabilitas ekonomi dan politik menjadi lebih baik, karena Pendapatan per kapita 6.000 dollar AS adalah patokan yang sesuai bagi negara demokrasi besar seperti Indonesia, tetapi jika  masih di bawah itu maka masih akan terjadi gonjang-ganjing, baik itu sosial maupun politik. Sedangkan pendapatan per kapita Indonesia pada tahun 2012 US$ 4.380.

B.     Saran
Untuk mencapai stabilitas ekonomi dan politik menjadi lebih baik Negara Indonesia seharusnya meningkatkan pendapatan per kapita penduduk Negaranya. Dalam hal ini perlu dukembangkan dalam beberapa sector untuk meningkatkan pendapatan per kapita tersebut baik SDM ataupun SDA yang ada di Negara Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Rahardja, Prathama dan Mandala Manurung. 2004. Teori Ekonomi Makro: Suatu Pengantar. Ed. Ke-2. Jakarta. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Sukirno, Sadono .1996. Pengantar Teori Mikroekonomi. Ed Ke-2. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.

Nugroho, M.L. 2012. Pendapatan Perkapita Indonesia dan Cara Menghitungnya. http://mukhammadluthfinugroho.wordpress.com/2012/04/06/pendapatan-perkapita-indonesia-dan-cara-menghitungnya-tulisan-softskill-2semester-4/. diakses tanggal 21 Mei 2013.

Suriyanti Nasuition. 2011. Pengantar Ekonomi: Pendapatan Nasional.  http://suriyantinasutionumy.wordpress.com/tugas-kuliah-2/pengantar-ekonomi-pendapatan-nasional/, diakses pada tanggal 23 September 2014

Pandu Azhari Ramadhan, 2011, Dampak Pendapatan Nasional Terhadap Dalam Negeri, http://panduzone.blogspot.com/2011/04/dampak-pendapatan-nasional-dalam-negeri.html, diakses pada tanggal 20 September 2014

Badan Pusat Statistik. 2009. Statistik Indonesia. Jakarta. BPS.






















LAMPIRAN


1.      Produk Domestik Bruto Per Kapita, Produk Nasional Bruto Per Kapita dan Pendapatan Nasional Per Kapita, 2000-2013 (Rupiah)
2.      Produk Domestik Bruto Menurut Jenis Pengeluaran, Produk Nasional Bruto, dan Pendapatan Nasional Atas Dasar Harga Berlaku (miliar rupiah) 2000-2012
3.      Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah), 2000-2013
4.      Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah), 2014


[1] Sadono Sukirno, Pengantar Teori Mikroekonomi, Ed Ke-2, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 36
[2] Ibid., hlm. 55
[3] Ibid., hlm. 58
[4] Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Teori Ekonomi Makro: Suatu Pengantar, Ed. Ke-2. (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004), hlm. 12-13
[5] Sadono Sukirno, Op.cit., hlm. 62
[6] Ibid., hlm. 63
[7] Ibid.
[8] Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Op.cit., hlm. 22-25
[9] Ibid., hlm. 16-21
[10] Badan Pusat Statistik, Statistik Indonesia, BPS, Jakarta, 2009
[11] M.L. Nugroho, 2012, Pendapatan Perkapita Indonesia dan Cara Menghitungnya, http://mukhammadluthfinugroho.wordpress.com/2012/04/06/pendapatan-perkapita-indonesia-dan-cara-menghitungnya-tulisan-softskill-2semester-4/, diakses tanggal 21 Mei 2013.
[12] Ibid.
[13] Pandu Azhari Ramadhan, 2011, Dampak Pendapatan Nasional Terhadap Dalam Negeri, http://panduzone.blogspot.com/2011/04/dampak-pendapatan-nasional-dalam-negeri.html, diakses pada tanggal 20 September 2014
[14] Suriyanti Nasuition, Pendapatan Nasional,  http://suriyantinasutionumy.wordpress.com/tugas-kuliah-2/pengantar-ekonomi-pendapatan-nasional/, diakses pada tanggal 20 September 2014

Tidak ada komentar: